TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Kelompok Studi Psoriasis Indonesia (KSPI) Endi Novianto menjelaskan selain kulit, psoriasis juga dapat mengenai sendi. Beberapa gejalanya adalah pembengkakan, kekakuan, disertai nyeri terutama pada sendi jari tangan. Psoriasis juga dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami darah tinggi, kencing manis, kolesterol tinggi, stroke, dan penyakit jantung. Psoriasis juga dapat menyebabkan seseorang menjadi depresi. "Kelainan kulit pada psoriasis juga dapat meluas ke seluruh tubuh. Namun, gejala dan komorbiditas psoriasis dapat dikontrol dengan baik dengan pengobatan yang tepat,” katanya dalam keterangan pers yang diterima Tempo pada 21 Desember 2020.
Psoriasis adalah penyakit kulit autoimun yang tidak menular. Pasien psoriasis mengalami penebalan kulit, berwarna merah, dan bersisik yang terasa gatal, pedih, dan tidak nyaman di bagian tubuh terutama kulit kepala, siku, lutut, wajah, tangan, kaki, dan dapat disertai dengan kerusakan kuku. Pergantian kulit pada manusia normal berlangsung sekitar 27 hari, tetapi pada psoriasis berlangsung sekitar 3-4 hari, pergantian sel kulit akan menjadi bercak-bercak eritema, berbatas tegas, kasar, dan berlapis-lapis.
Meskipun tidak menyebabkan kematian, psoriasis sangat berdampak pada kehidupan sosial ekonomi penderitanya, mulai dari gangguan tidur, menimbulkan rasa malu, merasa tidak percaya diri, hingga mengalami depresi dan bahkan menyulitkan kehidupan bekerja mereka. Dukungan emosional kepada pasien dan penghilangan stigma negatif merupakan dukungan terpenting bagi peningkatan kepercayaan diri mereka.
Menurut data Poliklinik Kulit dan Kelamin RS Cipto Mangunkusumo, terjadi kenaikan data kunjungan pasien psoriasis dari tahun 2018 hingga 2019 sebanyak kurang lebih 9 persen. Terlihat total pasien psoriasis (pasien lama & baru) di tahun 2019 mencapai 1.373 pasien. Jumlah itu lebih tinggi dibanding di tahun 2018 yaitu 1.021 pasien. Mengingat banyaknya bentuk klinis penyakit ini, diperkiraan jumlah penyandangnya lebih banyak daripada yang dilaporkan. Psoriasis terdiri dari berbagai tipe berdasarkan bentuk dan luasan sebarannya, antara lain Psoriasis Vulgaris (plak), Psoriasis Gutata (seperti tetesan air), Psoriasis Inversa (di lipatan kulit), Psoriasis Pustulosa (bentuk bernanah), Psoriasis Eritoderma (berwarna kemerahan dan bersisik di seluruh badan).
Psoriasis memiliki beberapa faktor risiko, diantaranya, kombinasi gen atau riwayat pada keluarga yang mengalami psoriasis, dan ditambah faktor eksternal sebagai pemicu timbulnya psoriasis. Faktor eksternal yang dapat memicu timbulnya psoriasis pada seseorang adalah stres, obesitas, merokok, obat, serta konsumsi alkohol. Endi mengingatkan pasien psoriasis harus memeriksakan diri ke dokter untuk mendapatkan diagnosa dan pemeriksaan klinis yang tepat dengan melihat riwayat penyakit masing-masing pasien. "Terdapat beberapa metode terapi yang dapat dilakukan oleh pasien psoriasis untuk mengontrol penyakitnya, yaitu terapi topikal; fototerapi ; terapi sistemik konvensional, dan agen bilogik yang merupakan terapi terbaru untuk psoriasis di Indonesia,” kata Endi.
Baca Juga:
Dengan keadaan pandemi sekarang ini dan bila pasien mengalami kesulitan untuk datang dan berkonsultasi dengan dokter yang menangani penyakit psoriasis terdapat fasilitas konsultasi daring. "Pelayanan itu disediakan oleh beberapa rumah sakit maupun klinik agar pengobatan psoriasis yang dijalaninya dapat berlangsung dengan baik,” kata Endi.
PT Johnson & Johnson Indonesia (Johnson & Johnson Indonesia) melakukan berbagai inisiatif yang dapat mengedukasi masyarakat Indonesia sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan. Bekerja sama dengan Kelompok Studi Psoriasis Indonesia (KSPI), Johnson & Johnson Indonesia mengedukasi masyarakat Indonesia mengenai psoriasis secara daring melalui Instagram Live @DokterAwam, sebuah akun Instagram yang bertujuan untuk edukasi kesehatan untuk masyarakat awam.
Devy Yheanne, Country Leader of Communications and Public Affairs, PT Johnson & Johnson Indonesia mengatakan timnya akan terus melakukan berbagai inisiatif yang dapat membantu masyarakat Indonesia untuk memahami berbagai isu kesehatan, seperti kegiatan berfokus kepada psoriasis. "Melalui kegiatan edukasi ini kami berharap dapat mengedukasi masyarakat sekaligus memberikan pengetahuan yang dapat membantu mereka dalam melakukan tindakan yang tepat dalam menghadapi gejala psoriasis untuk kelangsungan hidup berkualitas sehari-hari,” katanya.
Melalui rangkaian kegiatan edukasi psoriasis ini, diharapkan masyarakat dapat berbagi pengetahuan dan informasi mengenai psoriasis serta pengobatan yang tepat, dan saling mendukung untuk membantu sahabat psoriasis agar dapat memiliki kualitas hidup yang baik.