Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Perubahan Kecil Demi Melestarikan Bumi Bisa Dimulai dari Sampah Sedotan

Reporter

Editor

Mitra Tarigan

image-gnews
Ilustrasi sedotan. shutterstock.com
Ilustrasi sedotan. shutterstock.com
Iklan

Andrew menjelaskan cara tepat agar kampanye ramah lingkungan dengan sedotan kertas ini lebih efektif bila mengikuti cara mengkonsumsinya. "Perhatikan cara menikmati susu dengan menggunakan sedotan kertas," kata Andrew.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Andrew memperkenalkan langkah rekomendasi 4S. Pertama keluarkan sedotan, tanpa mencopot plastik pada kemasan. Kedua, nikmati susu dan habiskan. Ketiga, sedotan dimasukkan kembali ke kemasan agar tidak tercecer. Andrew mengingatkan bahwa sedotan yang tidak dimasukkan ke dalam bungkusnya, bisa tercecer dan menyatu dengan sampah atau alam hingga terbuang ke lautan. "Sudah banyak sekali kasus di mana hewan liar, misalnya penyu, hidungnya tertusuk sedotan," kata Andrew. Langkah terakhir adalah dengan membuang bungkus Frisial Flag atau menyatukannya dengan sampah sejenis bungkusnya.

Andrew mengatakan rekomendasi ini harapannya memberikan pengalaman baru menikmati susu, serta memberikan kemudahan lebih dalam proses pemilahan dan pengolahan sampah setelah susu selesai dikonsumsi. Frisian Flag Indonesia ingin terus melibatkan generasi muda karena data terbaru Badan Pusat Statistik saat ini Indonesia didominasi generasi Z dan milenial. Gen Z mendominasi hingga 27,94 persen dan milenial sebanyak 25,87 persen . Artinya generasi muda memiliki peran krusial dalam membentuk kebiasaan baru dan memberi dampak pada keberlangsungan bumi di masa depan. Di sisi lain, kesadaran akan memulai gaya hidup berkelanjutan yang lebih peduli terhadap lingkungan mulai ditunjukkan kalangan ini. Hal ini bisa dilihat dari bagaimana generasi ini mulai melakukan berbagai langkah kecil untuk bumi yang lebih baik, mulai dari hal-hal sederhana seperti pengurangan penggunaan plastik sekali pakai, juga maraknya penggunaan sedotan kertas.

Terkait sedotan itu, Jo mengingatkan bahwa sampah sedotan plastik memang sangat mengancam bumi. Sampah hasil konsumsi manusia itu tidak hanya terserak di Tempat Pengolahan Akhir di berbagai daerah, namun ada banyak juga sampah yang akhirnya terbuang ke laut. Data KLHK menunjukkan ada enam jenis sampah terbanyak yang terbuang ke laut setiap tahunnya. Keenam jenis sampah tersebut adalah 53 juta puntung rokok; 13,5 juta tutup botol minuman; 10,2 juta gelas, piring, sendok, garpu, dan pisau; 9.5 juta botol plastik; 6,7 juta kaleng minuman; serta 6,2 juta sedotan.

Masih menurut Jo, pemerintah mencatat bahwa jumlah sedotan yang dipakai di Indonesia mencapai 93,2 juta unit hal itu setara dengan tiga keliling bumi atau (117.449 kilometer). Bahkan sampah sedotan selama sepekan di Indonesia pun sudah setara dengan jarak Jakarta-Mexico City (16.784 kilometer).

Jo mengatakan pemerintah menargetkan pengurangan tumpukan sampah hingga 30 persen pada 2025. Untuk mencapai target tersebut, dibutuhkan partisipasi aktif semua pihak. Mulai dari pemerintah, masyarakat, hingga pelaku usaha. Ia pun mengapresiasi langkah kecil perubahan kecil dalam pengelolaan sedotan itu. "Walau kecil, tapi pasti akan sangat berdampak. Berapa juta sedotan plastik yang diubah jadi kertas," katanya.

Walau begitu, Jo mengingatkan bahwa masih ada banyak tantangan lain. Seharusnya masyarakat tidak hanya mendaur ulang sampah plastik atau sedotan, namun juga meningkatkan nilai si plastik atau sedotan alias up cycle "Caranya misal dengan menyulap kemasan susu ini jadi barang yang memiliki nilai ekonomi dan seni. Oleh tangan-tangan kreatif, jadi sampah ada nilai ekonomi sebelum masuk ke TPA," katanya.

Waste Management Trainer, Waste4Change, Saka Dwi Hanggara, mengatakan dari 3 hal pengelolaan sampah, yaitu 3R, Reduce, Reuse, Recycle. Indonesia paling sulit dalam tahap mengurangi sampah alias reduce. "Di Indonesia, di bagian 'reduce' atau menguranginya masih sangat sedikit sekali," katanya.

Ia berharap akan lebih banyak masyarakat yang tidak hanya aktif dalam memilah sampah, namun juga dalam mengurangi produksi sampah. Caranya dengan memikirkan lebih dalam apa yang perlu atau tidak untuk dibeli. Ia tentu saja tidak melarang orang yang hendak membeli beberapa barang kesukaan atau kebutuhan mereka. "Beli aja tapi pastikan bisa digunakan ulang. Kalau udah tidak bisa di-reuse baru kita bawa ke daur ulang. Dengan cara kita kirim ke bank sampah," kata Saka.

Dengan lebih banyak orang yang menggunakan kembali atau mengurangi sampahnya, ia yakin bahwa sampah Tempat Pengolahan Akhir akan sedikit jumlahnya. Ia pun mengingatkan agar masyarakat lebih pandai dalam memilah sampah. Caranya dengan memisahkan sampah sesuai jenisnya. Apakah itu sampah organik, plastik atau kertas, juga elektronik. Sampah yang dipilah itu nantinya bisa dibawa ke berbagai bank sampah untuk didaur ulang. "Untuk sektor informal, ada pemulung dan pengepul. Sementara sektor formal, ada bank sampah atau TPA 3R, bagi kalian yang tinggal di wilayah kabupaten," kata Saka.

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Profesor Riset Termuda BRIN Dikukuhkan, Angkat Isu Sampah Indonesia yang Cemari Laut Afrika

1 hari lalu

Peneliti Ahli Utama di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Muhammad Reza Cordova, dikukuhkan sebagai Profesor Riset dengan kepakaran pencemaran laut, pada Kamis, 25 April 2024. TEMPO/Alif Ilham Fajriadi
Profesor Riset Termuda BRIN Dikukuhkan, Angkat Isu Sampah Indonesia yang Cemari Laut Afrika

Reza dikukuhkan sebagai profesor riset berkat penelitian yang dilakukannya pada aspek urgensi pengelolaan plastik.


Najeela Shihab Sayangkan Literasi Keuangan Anak Masih Rendah, Tapi Akses Keuangan Sudah Tinggi

1 hari lalu

UOB Media Literacy Circle bersama dengan OJK dan Pendiri Sekolah Cikal mengenai literasi keuangan bagi generasi muda, termasuk mengenai Pinjol pada 24 April 2024/UOB
Najeela Shihab Sayangkan Literasi Keuangan Anak Masih Rendah, Tapi Akses Keuangan Sudah Tinggi

Najeela Shihab menilai kualitas hubungan dalam keluarga sangatlah menentukan kemampuan seseorang untuk punya literasi keuangan yang baik.


Depo Sampah Tutup, Warga Yogyakarta Berebut Buang Sampah ke Bak Truk yang Melintas

1 hari lalu

Video viral di media sosial berisi aksi belasan warga berebutan melempar sampah ke bak sebuah truk yang melintas di jalanan sekitar depo sampah Pasar Ngasem Kota Yogyakarta pada Rabu 24 April 2024. Dok. Istimewa
Depo Sampah Tutup, Warga Yogyakarta Berebut Buang Sampah ke Bak Truk yang Melintas

Pascalibur Lebaran, sejumlah depo sampah di Kota Yogyakarta memang belum dibuka. Tumpukan sampah masih tampak menggunung.


Pertamina Geothermal Energy Dorong Program Pengelolaan Sampah

3 hari lalu

Power plan PLTP Lumut Balai I, Semende Darat Laut beroperasi sejak 2019. Dari pembangkit milik PT. Pertamina Geothermal Energy area Lumut Balai, energi sebesar 55Mw dialirkan untuk menjaga sistem kelistrikan di Sumbagsel. TEMPO/Parliza Hendrawan
Pertamina Geothermal Energy Dorong Program Pengelolaan Sampah

PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) melakukan berbagai inisiatif untuk menjaga lingkungan.


Alasan Gunung Bromo Ditutup Sementara di Akhir April 2024

3 hari lalu

Sejumlah wisatawan melihat suasana Gunung Bromo di Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), Pasuruan, Jawa Timur, Senin, 1 Januari 2024. Bedasarkan data Balai Besar TNBTS pada Minggu (31/12), kunjungan wisatawan di wilayah tersebut mencapai 5.000 orang saat malam pergantian tahun 2024 . ANTARA FOTO/Irfan Sumanjaya
Alasan Gunung Bromo Ditutup Sementara di Akhir April 2024

Gunung Bromo akan ditutup sementara mulai dari 25 April 2024


8 Cara yang Bisa Dilakukan untuk Memperingati Hari Bumi

4 hari lalu

Ilustrasi Selamatkan Dunia dari Sampah Plastik. shutterstock.com
8 Cara yang Bisa Dilakukan untuk Memperingati Hari Bumi

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk memperingati Hari Bumi dengan aktivitas yang menghargai dan melindungi planet ini. Berikut di antaranya.


Aktivis Lingkungan Aeshnina ke Kanada Minta Justin Trudeau Hentikan Ekspor Sampah Plastik ke Indonesia

4 hari lalu

Aeshnina Azzahra Aqilani co Captain River Warrior Indonesia (Riverin) Bergabung dalam Pawai untuk mengakhiri Era Plastik, Ottawa, Kanada 21 April 2024. Foto dok: ECOTON
Aktivis Lingkungan Aeshnina ke Kanada Minta Justin Trudeau Hentikan Ekspor Sampah Plastik ke Indonesia

Aktivis lingkungan Aeshnina Azzahra Aqilani co Captain Riverin minta PM Kanada Justin Trudeau hentikan impor sampah plastik ke Indonesia.


4 Sumber Bau Tak Sedap di Rumah dan Cara Mengusirnya

5 hari lalu

Ilustrasi wanita membersihkan rumah. Freepik.com/Rawpixel.com
4 Sumber Bau Tak Sedap di Rumah dan Cara Mengusirnya

Berikut barang yang biasa jadi sumber bau tak sedap di rumah dan cara mengatasinya agar Anda tak malu bila ada kerabat berkunjung.


Sampah di Jakarta, Sebelum dan Setelah Lebaran

8 hari lalu

Ilustrasi sampah. Shutterstock
Sampah di Jakarta, Sebelum dan Setelah Lebaran

DLH DKI Jakarta mengangkut sampah yang dilakukan selama periode tujuh hari sebelum hingga hari kedua Lebaran 2024


Sampah di TPA Cipeucang Kian Menggunung, Menanti Kerja Sama Pemkot Tangsel Jalin dengan Daerah Lain

10 hari lalu

Kondisi TPA Cipeucang kian memprihatinkan. Kendaraan pengangkut sampah harus antre untuk bisa menurunkan sampah, Senin 15 April 2024. (TEMPO/Muhammad Iqbal)
Sampah di TPA Cipeucang Kian Menggunung, Menanti Kerja Sama Pemkot Tangsel Jalin dengan Daerah Lain

Jika angin kencang, aroma menyengat tumpukan sampah di TPA Cipeucang, Tangsel, bisa tercium dari jarak yang jauh