TEMPO.CO, Jakarta - Penelitian baru menunjukkan infeksi virus corona bisa merusak pembuluh darah dan membuat pria impoten. Para peneliti melakukan penelitian dengan mikroskop elektron dan menemukan partikel virus corona dalam sampel jaringan penis yang diambil dari dua mantan pasien COVID-19 yang menjadi impoten setelah infeksi.
Pasien itu terinfeksi enam dan delapan bulan sebelumnya. Studi lebih lanjut mengungkapkan bukti kerusakan pembuluh darah di penis pasien COVID-19 dibandingkan dengan dua pria lain dengan disfungsi ereksi yang tidak pernah terinfeksi, para peneliti melaporkan 7 Mei 2021 di World Journal of Men's Health.
"Kami menemukan virus mempengaruhi pembuluh darah yang memasok penis, menyebabkan disfungsi ereksi," kata peneliti senior Dr. Ranjith Ramasamy, direktur program urologi reproduktif di Sekolah Kedokteran Miller Universitas Miami, dilansir dari Webmd.
"Pembuluh darah itu sendiri tidak berfungsi dan tidak mampu memberikan cukup darah untuk masuk ke penis untuk ereksi," tambahnya.
Ramasamy membandingkannya dengan kerusakan organ di paru-paru, ginjal, dan otak yang ditemukan pada pasien COVID-19. "Kami pikir penis juga bisa terpengaruh dengan cara yang sama. Kami tidak berpikir ini adalah efek sementara. Kami pikir ini bisa permanen," kata Ramasamy.
Laporan baru berfokus pada dua pasien COVID-19 yang pulih dan menjalani operasi prostesis penis karena disfungsi ereksi. Kedua pria tersebut memiliki fungsi ereksi yang normal sebelum infeksi. Salah satu pria telah sakit COVID-19 parah dan menghabiskan dua minggu di rumah sakit sebelum pulih, tetapi sebaliknya bebas dari masalah kesehatan kronis.
Laki-laki yang lain memiliki kasus COVID-19 yang relatif ringan tetapi menderita penyumbatan arteri dan tekanan darah tinggi sebelum terinfeksi. Kedua pria tersebut masih memiliki partikel COVID-19 di jaringan penis serta bukti disfungsi endotel suatu kondisi di mana lapisan pembuluh darah kecil tidak berfungsi dengan baik dan gagal memberikan aliran darah yang cukup ke berbagai bagian tubuh.
Sebagai perbandingan, dua pria bebas COVID-19 yang juga menjalani operasi untuk disfungsi ereksi tidak memiliki bukti kerusakan pembuluh darah kecil yang sama di penis.
"Saya pikir ini mungkin bukan sesuatu yang sedang dibicarakan laki-laki saat ini dengan semua hal yang sedang terjadi," ujar Ramasamy. "Saya cukup yakin dalam enam bulan hingga satu tahun ke depan kita mungkin akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang prevalensi sebenarnya dari disfungsi ereksi di antara pria positif COVID."
Masuk akal bahwa COVID-19 dapat mempengaruhi pria dengan cara ini, mengingat kemampuan virus untuk menyebabkan peradangan dan merusak pembuluh darah, kata Dr. Ash Tewari, ketua urologi di Sekolah kedokteran Icahn di Mount Sinai, New York City. Namun, Tewari mengingatkan pria tidak boleh panik sampai penelitian lebih lanjut dilakukan.
"Satu atau dua pasien tidak membuat fakta, tapi ini perlu diselidiki dari sudut pandang kami," kata Tewari. "COVID adalah disfungsi endotel. Arteri kecil di jantung dapat terkena dampak yang sama seperti pembuluh darah penis dapat terpengaruh."
Ramasamy mendesak mantan pasien COVID-19 yang sekarang menderita disfungsi ereksi untuk mencari pertolongan medis.
Baca juga: Disuntik dengan 2 Jenis Vaksin Covid-19, Apa Dampaknya?