Akhirnya, setelah bertanya kepada beberapa dokter lain dan melakukan riset di Internet, ia pun menenggak pil itu. Hasilnya langsung terlihat. Kulit mukanya yang semula bak rembulan alias bolong-bolongjadi mulus dalam dua pekan saja. Teman-teman sekantornya memuji perubahan wajahnya yang drastis. Kini ia sudah menikah dan telah berhenti meminum pil Keluarga Berencana itu karena tak mau menunda kehamilan.
Ada pula Riana—bukan nama sebenarnya. Alumnus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia ini sudah lama menjadi konsumen pil kontrasepsi. Pasalnya, sejak masih mahasiswa, siklus menstruasi wanita 31 tahun ini tak teratur. Selain itu, setiap datang bulan, sakitnya tak tertahankan. Bahkan beberapa kali ia pingsan. Ginekolognya pun memberikan pil kontrasepsi. Segala keluhan haidnya sirna. Kini Riana telah berkeluarga dan memiliki dua orang anak.
Di masa lalu, pil KB identik dengan pencegah kehamilan. Kini, seiring dengan kemajuan riset dan kebutuhan wanita, alat kontrasepsi itu juga berperan ganda, antara lain menjaga kestabilan berat badan, mencegah jerawat, dan memuluskan siklus haid. Biran Affandi, profesor obstetri dan ginekologi Universitas Indonesia, mengutarakan hal ini pada peringatan Hari Kontrasepsi Sedunia di Hotel Mulia, Jakarta, akhir bulan lalu.
Sejatinya, pil kontrasepsi generasi terbaru dibuat dari komponen hormon estrogen dan progesteron yang berfungsi mencegah ovulasi. Hormon-hormon progesteron itu—antara lain ciproteron asetat dan drospirenon—bermanfaat sebagai antiandrogen. Hormon androgen juga dikenal dengan hormon kelaki-lakian. Wanita yang kelebihan androgen umumnya banyak jerawat dan ditumbuhi bulu-bulu halus berlebih (hirsutisme) di tubuhnya. Nah, kandungan progesteron dalam pil KB inilah yang berfungsi mengurangi kelebihan hormon androgen.
Obat ini efektif melenyapkan jerawat lantaran masuk sampai ke sumber masalah: kelenjar kulit yang memproduksi minyak berlebih. Adapun obat jerawat pada umumnya hanya bekerja di permukaan kulit yang meradang. Artinya, jika ditilik dari kandungannya, bukan berarti pil ini identik dengan obat jerawat. ”Hanya untuk masalah kulit yang disebabkan kelebihan hormon androgen,” kata Boy Abidin, spesialis kandungan dari Rumah Sakit Mitra Internasional Kelapa Gading, Jakarta.
Dosisnya pun disesuaikan dengan tiap-tiap kasus. Misalnya, untuk kulit berjerawat, bisa diberikan hingga tiga bulan, dan untuk mengurangi rambut-rambut halus, bisa sampai satu tahun. Jika memang disebabkan oleh kelebihan hormon androgen, jerawat dan bulu-bulu bisa berkurang secara drastis setelah pasien rutin menenggak pil ini, seperti halnya kisah Nuning di awal tulisan ini, yang jerawatnya rontok hanya dalam dua minggu.
Boy mengingatkan pil KB sebenarnya adalah obat yang harus diresepkan. Yang mau mengkonsumsinya harus berkonsultasi dengan dokter. Jangan karena berhasil membuat kulit orang lain mulus, lalu kita ikut-ikutan membeli. Lain orang lain kasus. ”Kalau bukan karena kelebihan hormon androgen, ya, tidak efektif,” kata Boy.
Seperti penggunaan obat lainnya, jika sembarangan mengkonsumsi pil KB, akibat buruk pun menanti, seperti siklus haid pendek dan darah yang keluar hanya sedikit, perdarahan sedikit-sedikit di luar masa haid, mual-mual, dan sakit kepala.
Pil KB yang mengandung estrogen dan progesteron ini juga tak boleh dikonsumsi jika si wanita sebelumnya sudah mengidap tuberkulosis, kejang, kanker payudara, atau hepatitis. Hindari juga jika Anda menunjukkan gejala-gejala stroke, kelumpuhan, atau penyakit jantung. Selain itu, pil jenis ini dikhawatirkan bisa memicu stroke atau serangan jantung jika penggunanya adalah perokok dan berusia di atas 35 tahun, memiliki tekanan darah tinggi (lebih dari 140/90), serta mengidap diabetes atau epilepsi.
Selain urusan jerawat dan bulu-bulu itu, para perempuan yang kelebihan androgen ini kerap bermasalah dengan kesuburan. Soalnya, umumnya ovarium mereka tak berfungsi dengan baik. Karena itulah, kata Boy, pil KB juga efektif meningkatkan kesuburan penggunanya. Ini menampik mitos bahwa mereka yang memakai pil kontrasepsi akan sulit hamil di masa mendatang.
Di samping menghapus jerawat dan bulu halus, pil KB memiliki sejumlah keuntungan ”sampingan”. Profesor Biran menyebutkan alat kontrasepsi ini berfungsi mengatur siklus serta mengurangi nyeri haid. Pil juga bisa melindungi wanita dari kemungkinan terkena kanker rahim, kanker indung telur, dan infeksi radang panggul yang sering kali berkaitan dengan rasa sakit saat haid. Pil KB juga dianggap mampu meredam tumor jinak payudara.
Keuntungan-keuntungan ini menambah alasan mengapa orang banyak beralih ke pil. Padahal, di samping kontrasepsi ”tradisional”, seperti IUD, spiral, dan suntik, kini makin banyak diperkenalkan produk baru untuk wanita, misalnya kondom wanita, koyo yang berfungsi ”membunuh” sperma, dan cincin vagina. Namun jenis-jenis kontrasepsi baru ini tak sukses di Indonesia.
Kontrasepsi ideal, kata dokter Biran, adalah yang efektif mencegah kehamilan, minim efek samping, nyaman dan tak menyakitkan dipakai, bisa segera ”pulih” jika ingin hamil lagi, dan—dengan perkembangan terbaru—memiliki keuntungan ekstra semisal bebas jerawat itu tadi.
Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Sugiri Sjarief menyatakan, hingga tahun lalu, alat kontrasepsi yang terbanyak dipakai di sini adalah suntik (35,2 persen), sedangkan pil di posisi kedua (28,1 persen) dari total peserta program KB di Indonesia. Kebanyakan orang memilih suntik lantaran jangka waktu pemakaiannya yang lama—bisa bertahan hingga beberapa tahun—dan tak membutuhkan kedisiplinan. Namun, di perkotaan, pil adalah favorit. Bisa jadi ini terkait dengan fungsi-fungsi nonkontraseptif pil KB seperti sudah dipaparkan di atas.
Lantas bagaimana dengan ”mitos” pil KB yang selama ini dikhawatirkan penggunanya? Ibu-ibu khawatir gemuk bila menenggak obat ini. Jangan khawatir, pil KB generasi terbaru—berbeda dengan pendahulunya—justru membantu menghindari penimbunan cairan dalam tubuh. Tak perlu takut menjadi ”gembung” karena pil KB.
Selain itu, ada yang menuduh pil KB membuat wanita tidak subur dan sulit ketika nantinya ingin hamil. Boy Abidin menyatakan kecemasan ini sebetulnya salah. Peminum pil KB tinggal menghentikan pemakaian, mereka pun bisa hamil tanpa perlu jeda waktu tertentu. Berbeda dengan pengguna KB suntik, yang baru bisa hamil sekitar tiga sampai enam bulan setelah kontrasepsi dihentikan. Para pemakai pil juga tak perlu cemas susah hamil. Pil KB adalah kontrasepsi yang paling mudah dihentikan. ”Kalau sekali lupa minum saja bisa ’kebobolan’, apalagi jika distop,” kata Boy.
Selain itu, ungkap Boy, bagi wanita yang punya problem kelebihan hormon androgen, pil KB justru membantu indung telurnya berfungsi dengan baik sehingga mengatasi problem kesuburan. Memang, akibatnya ada beberapa pil kontrasepsi yang harganya jadi mahal lantaran fungsi-fungsi tambahan itu. Namun yang harganya murah meriah—bahkan gratis untuk peserta program KB—tetap tersedia.
Andari Karina Anom