TEMPO.CO, Jakarta - Penuhnya rumah sakit mengakibatkan semakin banyak pasien Covid-19 yang terpaksa isolasi mandiri di rumah. Namun, kondisi perlu diperhatikan lebih lanjut mengingat orang harus memperbaiki kondisi di luar klinik atau rumah sakit.
Kini semakin banyak kasus pasien yang melakukan isolasi mandiri di rumah meninggal dunia. Selain itu, beberapa pihak juga berargumen salah satu penyebab risiko tersebut karena keracunan obat-obatan. Pada dasarnya hal yang perlu diperhatikan adalah pengawasan.
Walaupun melakukan isoman di rumah, pengawasan harus tetap dilakukan. Pengawasan selama isoman harus tetap diawasi mengingat gejala dan penyebab Covid-19 pada setiap orang dapat berbeda. Hal ini cukup sulit untuk diprediksi.
Dalam Instagram dr. RA Adaninggar Sp.PD., berikut beberapa kemungkinan perjalanan Covid-19:
-Sejak awal kondisi sudah termasuk ke dalam kategori sedang-berat.
-Awalnya gejala ringan, namun memburuk sehingga masuk gejala sedang-berat dan sembuh.
-Awalnya gejala ringan, namun memburuk sehingga masuk gejala sedang-berat dan meninggal.
-Awal gejala ringan lalu dalam 10-14 hari sembuh.
Beberapa orang meninggal karena adanya pengawasan yang tidak baik, terpengaruh hoaks sehingga takut melakukan penanganan lebih lanjut atau pengecekan ke rumah sakit, dan mengabaikan penanganan yang seharusnya dilakukan oleh profesional. Perlu untuk tetap memilah informasi dengan baik, terutama agar terhindar dari hoaks.
Menurut Adaninggar, beberapa orang yang isolasi mandiri di rumah juga lebih banyak tidak menggunakan obat. Hal ini perlu diawasi agar kondisi tidak lebih buruk. Selain itu, pengawasan protokol juga diperlukan agar menghindari penyebaran virus yang tidak terkendali.
#CuciTangan #JagaJarak #PakaiMasker #DiamdiRumah
Baca juga: Pentingnya Vitamin bagi Anak yang Isolasi Mandiri