TEMPO.CO, Jakarta - Program vaksinasi Covid-19 di Indonesia masih berlangsung. Sebanyak 40 juta lebih warga Indonesia sudah mendapat vaksin Covid-19 lengkap hingga dosis kedua. Sedangkan capaian vaksinasi dosis 1 sebanyak 70 juta lebih.
Namun, mitos-mitos mengenai vaksin Covid-19 masih beredar di masyarakat. Mitos tersebut bisa menyebabkan gangguan-gangguan yang membuat masyarakat enggan mendapatkan vaksin. Berikut mitos seputar vaksin, dikutip dari laman Covid19.go.id.
Mengubah struktur DNA
Deoxyribonucleic Acid (DNA) yang merupakan materi genetik yang menentukan sifat dan karakteristik fisik seseorang disebut akan berubah setelah vaksinasi COVID-19. Menanggapi hal ini, ahli vaksin dengan spesialisasi di bidang epidemiologi pneumokokus, Dr. Katherine O'Brien, mengatakan tidak mungkin vaksin dapat mengubah DNA.
“Kita sudah sering mendengar rumor ini. Kita memiliki dua vaksin sekarang, yang disebut sebagai vaksin mRNA dan tidak mungkin mRNA dapat berubah menjadi DNA sel manusia,” kata O'Brien.
Lebih lanjut, ia menjelaskan mRNA itu instruksi tubuh untuk membuat protein. Kebanyakan vaksin dikembangkan dengan benar-benar memberikan protein atau memberikan komponen kecil dari kuman yang dicoba untuk divaksinasi.
“Dan ini adalah pendekatan baru, di mana alih-alih memberikan bagian kecil itu, kita hanya memberikan instruksi kepada tubuh untuk membuat bagian kecil itu dan kemudian sistem kekebalan alami meresponsnya,” jelasnya.
Membuat mandul
Vaksin COVID-19 disebut akan menimbulkan risiko infertilitas atau kesuburan. Gangguan tersebut berupa kemandulan bagi wanita. O'Brien, yang juga dokter penyakit menular, menjelaskan vaksin yang diberikan tidak dapat menyebabkan kemandulan.
“Ini adalah rumor yang telah beredar tentang banyak vaksin yang berbeda tidak benar. Tidak ada vaksin yang menyebabkan kemandulan,” katanya.
Ada bahan kimia berbahaya
Muncul kabar mengenai komposisi vaksin yang di dalamnya terdapat bahan kimia. Bahan itu disebut dapat membahayakan orang yang mendapat vaksin karena menimbulkan efek tertentu. O'Brien menegaskan hal tersebut adalah hoaks besar. Vaksin yang disuntikkan ke penerimanya sudah dipastikan aman. Semua komponen yang masuk ke dalam vaksin diuji secara teliti untuk memastikan semua yang ada di sana, termasuk dosis aman untuk manusia.
“Vaksin memang mengandung sejumlah elemen yang berbeda dan masing-masing telah diuji. Sebelum diberikan kepada manusia, vaksin diuji pada hewan dan untuk masalah apapun pada hewan. Baru kemudian vaksin diberikan ke manusia dan kami menguji klinis dengan puluhan ribu orang akhirnya menerima vaksin sebelum diizinkan untuk digunakan di masyarakat umum,” papar O'Brien.
Soal keamanan adalah bagian terpenting dari uji klinis tersebut. Setiap vaksin melewati evaluasi keamanan untuk memastikan aman sebelum digunakan di masyarakat.
“Selain itu, pembuatan vaksin dengan pengawasan berkualitas yang konstan sehingga setiap bahan yang masuk ke dalam vaksin dipastikan memiliki kualitas terbaik dan aman untuk digunakan pada manusia,” jelasnya.
Baca juga: Lupakan Hoaks, Ini Perlunya Vaksinasi Covid-19 Menurut Pakar