TEMPO.CO, Jakarta - Stroke merupakan salah satu penyakit paling mematikan yang mampu menyerang manusia. Dilansir dari nichd.nih.gov, ada sekitar 795.000 orang yang terjangkit stroke setiap tahunnya di Amerika Serikat. Dari jumlah tersebut, 137.000 di antaranya meninggal dunia.
Selain kematian, stroke juga membawa berbagai dampak lain yang tidak kalah mematikan. Dilansir dari cdc.gov, stroke mampu membuat seseorang menderita disabilitas dalam jangka waktu yang panjang. Dalam beberapa kasus, penderita stroke yang telah berusia lebih dari 65 tahun akan sangat terpengaruhi mobilitasnya.
Untuk mengatasi stroke, beberapa ilmuwan kesehatan melakukan berbagai penelitian dan inovasi. Hingga kini, jumlah penelitian dan inovasi yang dihasilkan oleh para ilmuwan kesehatan mengenai cara-cara mengatasi stroke tidak terhitung jumlahnya. Namun, sebagaimana dilansir dari yalemedicine.org, setidaknya ada tiga penelitian dan inovasi yang paling berdampak terhadap upaya penanganan stroke:
1. MRI Portable
Stroke tidak hanya merupakan penyakit yang mematikan, tetapi juga merupakan penyakit yang harus dideteksi sesegera mungkin. Sayangnya, stroke memakan waktu yang cukup lama untuk didiagnosis. Banyaknya waktu yang digunakan untuk mendeteksi penyumbatan darah di otak menentukan nasib penderita stroke, yakni sembuh, mengalami disabilitas, atau meninggal.
Berdasarkan masalah tersebut, Dr. Kevin Sheth, dokter dan ilmuwan kesehatan dari Yale University, menciptakan sebuah Magnetic Resonance Imaging (MRI) portable. MRI yang berfungsi untuk mendiagnosis penyumbatan pembuluh darah di otak tersebut kini dapat dibawa langsung kepada pasien. Hal tersebut mampu membuat kecepatan diagnosis penderita stroke meningkat drastis.
2. Teknologi Neuro-monitoring untuk Mengontrol Tekanan Darah
Jaringan otak merupakan komponen yang paling rapuh pada satu jam pertama saat stroke menyerang. Karena itu, tekanan darah di otak perlu diamati dan dikendalikan supaya tidak merusak jaringan otak, yang berpotensi membuat stroke semakin parah.
Berdasarkan masalah tersebut, Dr. Nils Petersen, dokter dan ilmuwan kesehatan Yale University, mengembangkan sebuah teknologi neuro-monitoring untuk mengontrol dan mengelola fluktuasi tekanan darah di otak ketika stroke menyerang. Hal tersebut membuat risiko stroke yang terburuk dapat diatasi.
3. Pengobatan untuk Mengendalikan Sistem Imun
Risiko yang timbul dari serangan stroke bukan hanya berasal dari penyumbatan pembuluh darah di otak. Reaksi sistem imun tubuh juga mampu memperburuk gejala stroke. Alih-alih bereaksi dengan memberikan serangan tepat sasaran pada penyebab stroke, sistem imun tubuh justru bisa merusak beberapa organ di otak karena reaksi yang sporadis.
Berangkat dari permasalahan tersebut, Lauren Samsing, Kepala Akademik Divisi Stroke and Neurologi Pembuluh Darah Yale School of Medicine, melakukan penelitian untuk mempelajari reaksi biologis dari sistem imun tubuh manusia ketika berhadapan dengan stroke. Hasil dari penelitian tersebut kemudian digunakan untuk mengembangkan teknik pengobatan yang mampu mengarahkan sistem imun tubuh supaya mengobati stroke, alih-alih memperparahnya.
NAOMY A. NUGRAHENI
Baca juga: 5 Hal yang Perlu Dilakukan untuk Mencegah Stroke
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.