TEMPO.CO, Jakarta - Biopsi merupakan salah satu prosedur medis yang kerap terdengar di telinga. Biopsi sendiri bertujuan untuk mengambil sepotong kecil jaringan atau sampel sel dari tubuh. Sampel itu kemudian diperuntukkan bagi pemeriksaan fisik melalui mikroskop ataupun pemeriksaan kimia.
Prosedur ini merupakan satu-satunya teknik diagnostik yang secara pasti dapat mengidentifikasi jaringan dan sel kanker. Biopsi bisa dilakukan di area tubuh mana pun.
Melansir laman Royal College of Pathologists, biopsi dapat digunakan untuk menyelidiki penyebab gejala seseorang atau membantu mendiagnosis sejumlah kondisi kesehatan yang berbeda. Apabila suatu kondisi kesehatan telah didiagnosis, biopsi dapat mengukur seberapa parah atau pada tahap apa kondisi itu. Sebagai contoh, hasil biopsi dapat menunjukkan seberapa parah suatu organ tubuh.
Sebut saja misalnya kanker. Dengan melihat dan merasakan benjolan atau pertumbuhan sel yang tak biasa, belum bisa dipastikan itu termasuk kanker ganas atau jinak. Biopsi dapat berperan memberikan informasi ini.
Kendati sering dipakai dalam menyelidiki kanker, namun biopsi juga bisa dilakukan untuk mendiagnosis penyakit lain. Misalnya seperti:
- Gangguan inflamasi, seperti nefritis pada ginjal atau hepatitis pada hati
- Infeksi, seperti TBC
- Gangguan kekebalan, seperti pankreatitis kronis
Laman Cleveland Clinic menyebutkan, biopsi juga dilakukan untuk melihat apakah seseorang cocok untuk transplantasi organ. Seseorang yang telah menerima transplantasi organ, perlu dilakukan biopsi untuk untuk memastikan tubuhnya tak menolak.
Tak jarang pula biopsi dilakukan untuk menentukan rencana perawatan. Misalnya, membantu penyedia layanan kesehatan dalam memutuskan apakah operasi adalah pengobatan terbaik. Atau, ada pengobatan lain yang dapat dipertimbangkan sebagai gantinya.
Prosedur biopsi tak bisa dilakukan sembarangan. Biopsi secara rutin dilakukan oleh ahli bedah, dokter kulit, dan juga ahli radiologi.
ANNISA FEBIOLA
Baca: Dokter Ungkap Kapan Perlu Lakukan Biopsi, Cek Tandanya