TEMPO.CO, Jakarta - Menurut data Kementerian Kesehatan RI, total ada 414 kasus terkonfirmasi varian Omicron, 99 persen memiliki gejala ringan dan tanpa gejala. Sebanyak 114 orang (26 persen) sudah sembuh, termasuk dua orang dengan kategori sedang dan butuh perawatan oksigen.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut pasien yang terkonfirmasi varian Omicron tidak membutuhkan perawatan yang serius di rumah sakit karena mayoritas memiliki gejala ringan dan tidak bergejala. Pasien hanya perlu menjalani isolasi mandiri di rumah dengan diberikan suplemen vitamin maupun obat terapi tambahan yang telah mendapatkan izin penggunaan dari pemerintah.
“Kenaikan transmisi Omicron akan jauh lebih tinggi daripada Delta tetapi yang dirawat lebih sedikit sehingga strategi layanan Kemenkes dari yang sebelumnya ke RS sekarang fokusnya ke rumah karena akan banyak yang terinfeksi namun tidak perlu ke RS,” kata Budi, Selasa, 11 Januari 2022.
Menanggapi wacana Menkes, epidemiolog Universitas Griffith, Dicky Budiman, mengatakan langkah yang diambil Menkes sudah tepat karena kasus infeksi Omicron berpotensi jauh lebih besar daripada Delta.
“Dan fokus kita tentu harus memprioritaskan pada penanganan kasus-kasus berat, menengah, atau dari sedang ke parah. Tentu dalam hal ini prioritas harus diberikan kepada kelompok berisiko tinggi yang punya komorbid atau pada kasus-kasus yang tiba-tiba mengalami perburukan,” kata Dicky.
Menurutnya, fasilitas kesehatan, dalam hal ini rumah sakit, harus dipastikan agar ruangan, tempat tidur, dan juga tenaga kesehatan tersedia sehingga kasus-kasus sedang ke bawah atau gejala ringan hingga sedang tidak sampai membebani rumah sakit. Selain memastikan fasilitas kesehatan tersedia, Dicky juga mengatakan akan lebih baik bila pemerintah juga meningkatkan peran atau efektivitas dari aplikasi PeduliLindungi untuk menambahkan fitur isolasi karantina rumah yang dapat menjadi alat deteksi dan monitoring dari otoritas kesehatan setempat.
“Dan aktivasi platform telemedisin juga menjadi penting. Ini seharusnya kalau bisa terkoneksi dengan PeduliLindungi, sangat bagus sekali,” ungkapnya.
Selain itu, diperlukan cara-cara pencegahan yang tepat, seperti deteksi dini karena akan menemukan kasus-kasus infeksi maupun probable atau kasus kontak sehingga mereka masuk isolasi mandiri atau disediakan fasilitas isolasi karantina oleh pemerintah pada level terendah, dalam hal ini tingkat kecamatan. Tidak hanya mendorong karantina mandiri, Dicky juga menyampaikan perlu adanya literasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai kondisi pandemi dengan varian baru tersebut.
Di sisi lain, dia memperingatkan agar kita semua tidak meremehkan varian apapun termasuk Omicron karena dampaknya sama. “Kunci keberhasilan ada di isolasi karantina karena setengah ada di situ, memutus itu ada di situ. Itu artinya, temukan kasus terduga kontak dan jangan lupa bahwa kita harus mapping betul, daerah mana yang cakupan vaksinasi lengkapnya belum, daerah mana yang populasi berisiko tingginya belum tercakup vaksinasi dosis lengkap, apalagi sekarang sudah mengarah ke booster. Ini yang harus ditingkatkan karena yang akan menjadi barrier yang efektif,” tuturnya.
Baca juga: 4 Karakteristik Varian Omicron Menurut Epidemiolog Unair