TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) resmi terbitkan izin penggunaan edar darurat atau Emergency Use of Authorization (EUA) lima jenis vaksin booster di Indonesia pada Senin, 10 Januari 2022. Satu dari lima jenis vaksin booster itu adalah Zivifax yang dikembangkan dan diproduksi oleh Anhui Zhifei Longcom Biopharmaceutical asal Cina.
Kepala BPOM, Penny K. Lukito, dalam konferensi pers menjelaskan terdapat ragam bentuk booster, yakni homologous dan heterologous. Pada homologous alias pemberian dosis vaksin 1-3 menggunakan platform dan merek yang sama. Sedangkan heterologous alias pemberian vaksin dosis ketiga berbeda dengan pemberian vaksin dosis 1 dan 3. Dalam hal ini, vaksin Zivifax digunakan untuk heterologous.
Dilansir dari pom.go.id, vaksin dengan merek dagang Zifivax merupakan vaksin dengan platform rekombinan atau subunit protein. Maksudnya, platform vaksin jenis ini diambil dari bagian terkecil virus (spike glikoprotein) yang kemudian dapat memicu kekebalan tubuh manusia saat disuntikkan. Hal ini berbeda dengan jenis vaksin Sinovac yang diambil dari virus yang dimatikan.
Vaksin Zifivax digunakan untuk pencegahan Virus SARS-CoV-2 pada orang yang telah berusia 18 tahun ke atas. Ini selaras dengan rekomendasi dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) bahwa vaksin booster Covid-19 diberikan pada orang dewasa di atas 18 tahun dan penyuntikannya diakukan dalam jangka waktu di atas enam bulan setelah dosis kedua.
Adapaun dalam uji klinis, vaksin booster Covid-19 Zifivax ini telah melalui rangkaian uji klinis fase III yang dilakukan peneliti Universitas Padjadjaran, Rodman Tarigan. Dari hasil uji klinis yang dilakukan dengan mengikutsertakan 4.000 relawan dari Bandung dan Jakarta, menghasilkan angka efikasi sebesar 81,51 persen.
“Hasil angka efikasi untuk orang usia 18-59 tahun sebesar 81,51 persen, sedangkan di atas 60 tahun efikasinya 87,58 persen,” kata Rodman seperti dikutip dari unpad.ac.id.
Angka efikasi vaksin Zifivax nyatanya telah melampaui rekomendasi dari WHO, yaitu di atas 50 persen. Vaksin ini diklaim ampuh terhadap varian Covid-19 yang lebih berat, salah satunya yaitu varian Delta. Efikasi dari vaksin Zifivax terhadap varian Delta sebesar 77,47 persen.
Selain di Indonesia, Rodman mengungkapkan bahwa uji klinis fase III vaksin Zifivax juga telah dilakukan di sejumlah negara, seperti Uzbekistan, Ekuador, Pakistan, dan Tiongkok. Angka efikasi dari setiap negara peserta uji klinis memiliki nilai yang sama, yaitu sekitar 81 persen. Pun sudah melewati proses sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia.
HARIS SETYAWAN
Baca juga: BPOM Terbitkan Izin untuk 5 Vaksin Booster