TEMPO.CO, Jakarta - Game online sejatinya diperuntukan sebagai sarana hiburan di waktu luang oleh remaja atau anak-anak. Sering kali fungsi tersebut bergeser menjadi rutinitas sehari-hari hingga lupa akan kewajiban utamanya, misalnya belajar.
Salah satu faktornya, yakni kurangnya pengawasan dari orang tua yang mengakibatkan anak kecanduan game online.
Ahli dokter anak University of Utah, Dr. Cindy Gellner mengungkapkan, anak yang sudah mengalami kecanduan terhadap game online akan berdampak pada kehidupan sosial anak.
Misalnya, tidak banyak waktu untuk keluarga, mengganggu aktivitas sekolah, hingga nilai pembelajaran di sekolah yang menurun.
“Jika orang tua melihat perubahan perilaku dan masalah lain dengan anak, salah satu faktornya bisa datang dari kebiasaan bermain game online. Untuk itu, orang tua harus segera menghentikan kebiasaan buruk anak yang terlalu sering bermain game online,” kata Gellner dikutip Tempo dari Healthcare.
Langkah pertama yang harus dilakukan oleh orang tua, yakni dengan mengenali tanda-tanda perubahan pada anak akibat kebiasaan bermain game online. Dr. Jay Berk seorang psikolog Beachwood telah melakukan penelitian terhadap tanda-tanda tersebut, sebagaimana ditulis di laman cleveland19.com:
1. Anak memiliki reaksi yang eksplosif dan ekstrem untuk bermain game online,
2. Anak kehilangan banyak teman,
3. Mereka jarang melakukan aktivitas olahraga,
4. Mereka mulai meninggalkan kebiasaan baik yang dulu mereka sukai,
5. Konten game bergeser ke materi pelajaran yang tidak pantas, seperti pornografi,
6. Memungkinkan aksi mencuri uang bagi anak demi game online yang dimainkan,
7. Nilai menurun di sekolah,
8. Anak kerap tertidur dan kehilangan konsentrasi di kelas,
9. Mereka terus bermain, meskipun beberapa kali sudah diperingatkan dan sadar akan konsekuensi negatifnya.
Lalu, seperti apa cara pencegahannya?
Jika orang tua sudah menemukan tanda-tanda tersebut di atas pada anak mereka, sudah saatnya untuk melakukan tindakan pencegahan. Berk memperingatkan kepada orang tua bahwa jangan bereaksi dengan cara yang ekstrim, misalnya dengan cara kekerasan pada fisik. Alih-alih menjadi penurut, anak justru akan melawan.
“Pencegahan dapat dilakukan dengan metode pendekatan yang lebih tenang. Misalnya, dengan cara mengalihkan perhatian anak ke hal lain di luar keterlibatannya yang berlebihan terhadap game online,” kata Berk.
Selain itu, penting bagi orang tua untuk menerapkan metode Dissuasion. Maksudnya, yaitu dengan cara memberikan nasihat, argumen, atau bujukan. Namun, apabila tindakan ini dirasa tidak digubris oleh anak, maka orang tua sesekali diperbolehkan untuk melakukan tindakan yang sampai merujuk pada paksaan.
Langkah membatasi anak terhadap perangkat elektronik seperti gadget yang memuat game online juga perlu dilakukan.
Salah satu faktor yang menyebabkan kecanduan adalah mudahnya akses untuk bermain game online tersebut. Penelitian terbaru yang dilakukan Gentile et al. (2017) mengungkapkan, anak yang memiliki media elektronik di kamar tidur lebih cenderung menggunakannya untuk bermain game daripada membaca buku.
Baca juga: Roblox, Platform Pembuat dan Penjual Game Online Buatan Sendiri
HARIS SETYAWAN