TEMPO.CO, Jakarta - Usia adalah rahasia Illahi dan takdir memang tak bisa dihindari. Namun, secara ilmiah bisa dijelaskan kenapa ada pasien Covid-19 yang hasil tes usap sudah negatif tapi meninggal dunia.
Penyebabnya adalah respons peradangan berlebihan akibat Covid-19 yang dapat merusak organ dan menimbulkan kecenderungan penggumpulan darah. Dr. Adaninggar di akun Instagramnya menyatakan ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan pasien Covid-19 meninggal.
Respons badai sitokin
Kemungkinan pertama yaitu respons badai sitokin yang diakibatkan oleh Covid-19 dan merusak banyak organ. Pada Covid-19 yang berat akan ada fase di mana respons imun terhadapt virus jadi berlebihan karena proses pembersihan virus sejak awal yang sudah kurang baik, mengakibatkan keradangan hebat yang dapat merusak banyak organ tubuh dan menyebabkan kematian.
Dampak Covid-19 pada organ tubuh
Kemungkinan selanjutnya disebabkan dampak Covid-19 pada beberapa sistem organ tubuh sehingga menyebabkan kematian secara mendadak. Dampak pada jantung yang disebabkan oleh pembekuan darah dan penyumbatan pembuluh darah jantung, kerusakan otot jantung akibat reaksi radang, dan juga kerusakan langsung otot jantung akibat virus, semua itu mengakibatkan miokarditis, gangguan irama jantung. Lalu, ada dampak kecenderungan penggumpalan darah akibat Covid-19. Risiko tinggi penggumpulan darah akibat Covid-19 dapat menyebabkan penyumbatan di pembuluh daran organ-organ vital yang dapat menyebabkan kematian:
Covid-19 memperberat komorbid
Pada lansia dan penderita komorbid kronis yang sudah lama, ada kondisi seperti inframasi, kerusakan sel endotel pembuluh darah, dan gangguan respons imun. Kondisi seperti ini berlangsung lama dan bisa dikompensasi oleh tubuh. Covid-19 memicu kekacauan kondisi pada komorbid yang stabil tersebut, penggumpalan darah yang lebih hebat bisa menyebabkan kematian.
Kenapa justru meninggal saat swab sudah negatif?
Perjalanan Covid-19 jelas, pada fase awal kemampuan pembersihan virus adalah yang menentukan. Pada kondisi ringan, imun bisa membersihkan virus dengan baik sehingga jumlah virus akan menurun dan hasil swab akan negatif dan akan sembuh. Pada kondisi berat, proses pembersihan virus tidak optimal dan memicu peradangan berlebihan untuk menghilangkan virus. Jumlah virus akan tetap menurun namun peradangan tetap berlangsung hingga bisa menyebabkan dampak-dampak pada organ tubuh yang dapat menyebabkan kematian. Pada kondisi ini hasil swab bisa negatif namun kondisi pasien tetap memburuk.
Pada pasien Covid-19 bergejala ringan apakah bisa mengakibatkan kematian?
Semakin berat gejala Covid-19, semakin berat peradangan yang terjadi, risiko pun semakin besar. Namun, ada kondisi gejala Covid-19 ringan atau tanpa gejala pun tetap bisa terjadi peradangan yang dapat menyebabkan kerusakan endotel pembuluh darah, yang mengakibatkan penggumpalan darah, terutama pada lansia dan penderita komobrid. Penggumpalan darah ini tetap bisa berisiko menyebabkan gangguan organ dan kematian mendadak.
Vaksinasi adalah cara untuk bisa menurunkan viral load sehingga virus lebih mudah dibersihkan dan menurunkan risiko radang berlebihan. Namun, respons terbentuknya antibodi dan sel memori setelah melakukan vaksin pada setiap orang akan berbeda. Tidak semua orang bisa membentuk antibodi dan sel memori yang baik setelah vaksinasi, terutama pada lansia.
Kesembuhan pasien Covid-19 tidak hanyak ditentukan oleh tes PCR atau antigen yang negatif karena pada kondisi Covid-19 berat justru penderita bisa mengalami gangguan organ dan kematian saat hasil swab negatif.
Baca juga: Menkes Sebut Kebanyakan Pasien COVID-19 Meninggal Belum Vaksinasi Lengkap