TEMPO.CO, Jakarta -Pada 8 Juli 2022, Amerika Serikat telah mengidentifikasi kasus-kasus subvarian Omicron terbaru, yang dijuluki "Centaurus" dan dikenal juga sebagai Omicron BA.2.75.
Varian baru ini memiliki karakter yang hampir sama dengan varian BA.1, BA.2 serta BA.4 dan BA.5. Meskipun demikian, lamanya gejala yang dirasakan penderita Omicron Centaurus berbeda dengan flu dan pilek biasa.
WHO telah memasukkan varian Omicron Centaurus dalam kategori VOC-LUM, dikarenakan BA.2.75 memiliki penyebaran lebih cepat, bisa 9 kali lipat dari BA.5 yang melanda dunia beberapa waktu terakhir. Namun, gejala yang dirasakan penderita BA.2.75 lebih ringan jika dibandingkan dengan varian Delta.
Sejauh ini, mengutip laman resmi Rumah Sakit Royal Progress di situs royalprogres.com, subvarian Centaurus B.2.75 telah dikonfirmasi menunjukkan beberapa gejala, seperti:
kehilangan rasa (ageusia), demam, batuk, pilek, diare, pusing, muntah, sakit kepala, sesak napas, nyeri tenggorokan, kehilangan selera makan, dan kehilangan penciuman (anosmia).
Lebih dari itu, orang yang terinfeksi BA.2.75 juga mengeluhkan hidung tersumbat atau berair, serta batuk tanpa dahak terus-menerus.
Berdasarkan peninjauan, sampai saat ini, di Indonesia gejala yang paling banyak dirasakan adalah sakit punggung, terutama nyeri punggung bagian bawah. Kondisi ini membuat pasien merasa lemah dan bahkan membatasi mobilitas. Selain itu, penderita juga mengalami sakit tenggorokan yang disertai demam, yang akan langsung memburuk di hari pertama. Tetapi, bisa segera membaik sebelum hari ke-5.
Namun, belum diketahui secara pasti seberapa parah subvarian Omicron Centaurus BA.2.75. Tetapi, diperkirakan gejala yang muncul pada penderita yang sudah mendapatkan vaksin Covid-19 dosis lengkap, umumnya lebih ringan.
Virus yang terdeteksi pertama kali di India pada Mei lalu ini telah terdeteksi di sekitar 10 negara lain, termasuk Inggris, AS, Australia, Jerman dan Indonesia. Varian ini memiliki 11 mutasi unik dari BA.5.
"Ini memberikan petunjuk yang kuat tentang apa yang akan terjadi di masa depan. Dunia yang kita tinggali adalah dunia dengan tidak hanya gelombang yang terus menerus, tetapi gelombang (Corona) yang begitu sering," kata mantan Penasihat Senior Gedung Putih, Andi Slavitt melalui akun resmi Twitternya pekan lalu ihwal subvarian virus Covid-19, Omicron BA.2.75.
DELFI ANA HARAHAP
Baca juga : Wamenkes: Subvarian Omicron BA.2.75 Sudah Masuk Indonesia