TEMPO Interaktif, Jakarta: Selalu ada inspirasi menarik dari pesatnya kemajuan teknologi. Tidak ketinggalan dunia mode yang sering menyerap ide atau berkiblat dari kemajuan tersebut. Adalah perancang Chenny Han yang selalu tertantang untuk menyajikan ide-ide inovatif kemajuan teknologi dalam setiap karyanya.
Di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta, medio pekan lalu, perancang busana pengantin yang sebelumnya menggunakan kertas, kristal-kristal Eropa, batik white on white serta gaun tiga dimensi pada rancangannya, kali ini menyuguhkan koleksi anyar di peragaan dengan tajuk "Laser Me Beautiful".
"Sebagai perancang, saya selalu tertantang untuk membuat terobosan-terobosan baru. Apalagi gaun pengantin adalah busana yang akan selalu dikenang seumur hidup oleh pemakainya. Maka saya selalu menyajikan koleksi unik, menarik dan berbeda dari yang ada," ungkap Chenny terus terang.
Desainer berusia 45 tahun ini menggunakan teknik laser cut untuk koleksi gaun pengantin anyarnya. Ide memakai teknologi laser cutting datang saat ia kurang puas pada gaun pengantin berpenampilan unfinished style yang pernah dibuatnya.
Saat itu Chenny merancang detail utama gaun berupa bunga-bunga kain yang detail dan rumit, sehingga dibiarkan tidak diobras atau dijahit supaya memberikan kesan tidak selesai. Namun, ia menyadari gaya busana artistik ini akan menimbulkan gangguan rasa gatal dari surai-surai sisa benang halus di ujung kain yang tidak dikelim dan diobras.
Demi menghindari hal tersebut, ia pun memakai solder untuk menampilkan detail potongan kain tanpa keliman, baik sebagai bunga ataupun ornamen lain. "Sayang, hasilnya kurang memuaskan, waktu terlalu lama, mesti ekstra hati-hati dan fatalnya saat menggarapnya sering membuat kain gosong," tuturnya nyaris frustrasi. Untunglah secara tidak sengaja ia bertemu Clara Widjaya, seorang pemilik perusahaan laser cutting.
"Saya jatuh hati dan langsung berpikir untuk memakai laser pada rancangan ini. Saya ajak Clara melakukan kolaborasi ibu-anak untuk mewujudkan ide-ide kreatif," ujarnya lega. Hasilnya, dalam waktu tiga pekan dia berhasil menyelesaikan 12 gaun pengantin.
Pengerjaan melalui pemotongan kain berteknologi laser memungkinkan Chenny berkreasi optimal karena hasilnya rapi dan tidak ada lagi bulu-bulu halus di sekeliling ujung kain. Dengan senang dia memaparkan, "Selain memiliki akurasi ukuran sangat presisi, kemampuan teknik laser cut hanya memerlukan waktu satu menit dengan tingkat kesalahan 0,01 milimeter. Pokoknya sangat konsisten, efektif, rapi. Pokoknya sangat memuaskan, beautiful laser."
Pada koleksinya ini, perancang yang pernah lima tahun bekerja di salon terkemuka Monterey Park, Los Angeles, California, Amerika Serikat, itu menyajikan model gaun pengantin internasional yang didominasi warna putih bersiluet ramping serta berbahan satin, organdi, silk, tafeta, dan tule.
Chenny memakai banyak bentuk bunga dan kupu-kupu yang diaplikasikan sangat cantik serta menarik. Dia menjelaskan, dominasi warna putih melambangkan unsur kesucian dan bersih. Kata dia merupakan simbol sakral kesucian pernikahan bak bayi yang baru lahir. "Harapannya berdampak positif bagi para pengantin yang memutuskan menikah dan membina rumah tangga yang bersih nan suci."
Dengan mesin berteknologi microfiber-laser-cut, Chenny adalah desainer pertama Indonesia yang menggunakan teknik laser dalam rancangan gaun pengantin. Kendati demikian, di dunia mode bahkan pada bisnis garmen internasional, penggunaan laser bukan hal baru dan sudah tidak asing lagi.
HADRIANI P