TEMPO.CO, Jakarta - Arrival fallacy sebutan dalam Bahasa Inggris untuk menggambarkan tujuan yang tercapai setelah bekerja keras tak ada rasa bahagia. Mengutip Verywell Mind, arrival fallacy berasal dari gagasan yang tertanam sedari masih anak-anak.
Misalnya, kunci kebahagiaan dalam hidup itu memiliki pekerjaan yang baik, menghasilkan banyak uang, menikah. Umumnya hanya memiliki pemikiran ke depan, pola pikir berorientasi pada tujuan.
Kebahagiaan yang dimaksud arrival fallacy?
Mengutip dari laporan penelitian Harvard, Here's Some Advice from The Longest-running Study on Happiness hal semacam itu tidak membawa kebahagiaan. Ketika melihat berbagai faktor yang membawa kebahagiaan seperti hubungan yang bermakna dan belajar. Berfokus terhadap berbagai hal positif menjadi nilai paling tinggi dalam kebahagian.
Baca Juga:
Namun, kondisi di masyarakat telah meresapi gagasan kebahagiaan sangat terkait dengan pencapaian tujuan dan menjadi penting bagi orang lain. Misalnya, laporan penelitian Harvard menemukan, anak-anak zaman sekarang masih diberi gagasan pencapaian dan kesuksesan pribadi adalah kunci kebahagiaan. Laporan penelitian menghimpun pandangan generasi selama 75 tahun tentang hal yang membuat orang bahagia.
Kebahagiaan sejati berasal di beberapa hal dasar. Pertama, orang yang paling bahagia mampu melepaskan semua gangguan kecil dan ketaknyamanan hidup. Kebahagiaan berfokus terhadap berbagai hal sederhana yang membuat bahagia.
Kedua, memiliki hubungan yang hangat dengan orang lain membawa lebih banyak kebahagiaan. Melepaskan orang-orang yang membawa hal negatif ke dalam hidup juga penting untuk kebahagiaan. Itu jika dibandingkan jenis kesuksesan eksternal lainnya dalam hidup. Kesuksesan eksternal seperti uang, peningkatan jenjang karier, dan status sosial.
Baca: Persaingan Kerja Tak Sehat Bisa Memicu Burnout
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.