TEMPO.CO, Jakarta - Kesehatan jiwa remaja juga bisa terdampak pandemi COVID-19. Selama pandemi, ada berbagai masalah yang kerap muncul pada remaja, seperti penurunan melakukan minat, kehilangan motivasi pada kegiatan atau pembelajaran.
Selain itu, kurang berkembangnya keterampilan sosial yang seharusnya sudah dimiliki oleh anak pada usianya, di mana hal ini juga dapat mempengaruhi kondisi emosional. Orang dewasa yang ada di sekitar, entah itu orang tua atau kerabat terdekat lain, punya andil dalam membantu menjaga kesehatan jiwa remaja dengan bermodal kepekaan dalam melihat gerak-geriknya.
"Sebagai keluarga atau orang dewasa yang ada di sekeliling anak, kita perlu lebih peka terhadap perubahan yang terjadi pada anak atau remaja," kata psikolog klinis anak dan remaja Winny Suryania.
Psikolog yang bekerja di Sekolah Cikal ini mengatakan orang tua atau orang dewasa di sekitar perlu lebih peka dalam mendeteksi adanya perubahan yang terjadi pada anak atau remaja. Contoh, perubahan sikap anak yang tadinya bersemangat dalam beraktivitas menjadi ingin tidur-tiduran saja atau bermain game di komputer dan ponsel.
Contoh lain adalah perubahan suasana hati, anak atau remaja tampak mudah marah atau sedih. Perubahan juga bisa terlihat dari cara berkomunikasi anak.
"Misalnya juga dari senang bercerita menjadi lebih tertutup dan lebih memilih untuk menyendiri terus menerus," kata psikolog dari Universitas Indonesia itu.
Bangun komunikasi
Ketika orang dewasa atau orang tua sudah peka terhadap perubahan, langkah selanjutnya adalah membangun komunikasi yang sehat dengan anak atau remaja. Menurut Winny, perlu ada waktu khusus untuk bercerita dengan anak. Topiknya apa saja, mulai dari kehidupan anak, keseharian orang tua, hingga berita yang ada di lingkungan sekitar.
"Komunikasi ini tentunya perlu dijaga terus menerus dan tidak hanya dilakukan satu atau dua kali saja," ujarnya.
Meluangkan waktu untuk bercengkerama saja tidak cukup. Winny mengajak orang tua atau orang dewasa di sekitar anak dan remaja untuk mengajak mereka melakukan aktivitas yang melibatkan motorik.
"Misalnya olahraga bersama, jalan, piknik, dan sebagainya karena kesehatan mental juga dijaga melalui kegiatan fisik yang dilakukan secara teratur," ujarnya.
Baca juga: Waktunya Edukasi Kesehatan Mental di Hari Kesehatan Jiwa Sedunia