Plt. Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung, Anhar Hadian mengakui, stigma terhadap orang dengan HIV sangat mungkin terjadi oleh petugas layanan yang belum terlatih maupun sudah. “Kami mohon maaf kalau itu memang terjadi dan menimpa teman-teman odhiv,” kata dia, Rabu 19 Oktober 2022. Menurutnya, secara berkala dinas melakukan penyadaran lewat beberapa pertemuan rutin untuk petugas sekaligus sosialisasi informasi terbaru soal HIV. “Kami selalu sigap menyesaikan case by case, kalau ada (stigma) kami sampaikan masalah itu ke petugas kesehatannya,” ujar Anhar.
Konseling orang dengan HIV di sebuah rumah sakit swasta di Bandung. (Dok.JIP Jabar)
Menurut Kepala Sekretariat Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Bandung Sis Silvia Dewi, masalah stigma pada layanan kesehatan tergolong kasuistik. Dia mengatakan stigma masih ada namun tidak terjadi di semua tempat layanan. “Kalau soal HIV AIDS itu jangan sampai nilai pribadi masuk ke nilai program, itu nggak akan benar, nggak akan obyektif,” kata Sis, Rabu 12 Oktober 2022. Karena itu KPA dan Dinas Kesehatan menurutnya, harus lebih sering meningkatkan kapasitas pada petugas layanan kesehatan. ”Semakin banyak orang yang terlatih dan tahu sehingga stigma diskriminasi bisa direduksi,” ujar Sis.
Beda cerita dari pendamping sebaya lainnya, Susi Nursilawati, 38 tahun, yang juga dari Female Plus. Bertugas sejak 2019, dampingannya ada 190 orang yang berobat di RSUD Ujung Berung, 65 orang di Puskesmas Pasundan, dan yang baru di RSUD Bandung Kiwari sebanyak 19 orang. “Selama ini nggak ada keluhan stigma, kalau ada apa-apa kita bahas bareng,” kata dia, Senin, 17 Oktober 2022.
Sementara Kepala Puskesmas Pasundan, S.N. Ningsih, berupaya agar tim petugas hanya melayani urusan medis di ruangan pelayanan, dukungan dan pengobatan bagi orang dengan HIV. “Kita menjaga kepercayaan dan kenyamanan, kita tahu mereka tidak mau nilai-nilai pribadi kita disampaikan ke mereka,” kata Ningsih.
Kalangan lembaga swadaya masyarakat peduli HIV dan AIDS di Kota Bandung menilai masalah stigma di tempat layanan kesehatan kini semakin berkurang. Menurut Arif Gunawan, koordinator pendukung sebaya di Female Plus, dari kasus stigma yang terjadi kemungkinan karena petugas belum banyak tahu soal HIV. “Kalau ada masalah kami bicarakan ke Dinas Kesehatan, kita juga nggak bisa ambil sikap boikot satu layanan, kita lebih soft aja,” ujarnya, Senin, 18 Oktober 2022.
Bagi aktivis Jaringan Indonesia Positif Jawa Barat di Bandung, isu stigma dan diskriminasi sekarang tidak sekuat sebelum 2010. “Kalau dulu ada yang ditolak aksesnya untuk berobat seperti kalangan transgender,” kata Anton Eka.
Kasus HIV di Kota Bandung