TEMPO.CO, Jakarta - Saat ini, semua tempat menjadi objek orang mengambil gambar dirinya atau swafoto (selfie). Perilaku melakukan swafoto sudah menjadi hal yang biasa. Jika terlalu sering perilaku itu disebut selfitis.
Menurut American Psychiatric Association (APA) perilaku selfitis kecanduan atau keinginan obsesif kompulsif untuk mengambil foto diri dan mempostingnya di media sosial. Itu salah satu cara menebus kurangnya harga diri dan mengisi celah kedekatan dalam suatu hubungan sosial.
Tingkatan selfitis
1. Borderline
Perilaku seseorang mengambil foto diri, setidaknya tiga kali sehari, tapi tidak mengunggahnya di media sosial.
2. Selfitis akut
Perilaku seseorang dalam tingkatan ini mengambil foto diri sendiri setidaknya tiga kali sehari. Setiap foto diunggah di media sosial.
3. Selfitis kronis
Perilaku selfitis dikatakan kronis ketika dorongan dalam diri seseorang sudah tidak terkendali untuk mengambil foto sendiri sepanjang waktu. Seseorang dalam tingkatan ini pun mengunggah setiap foto di media sosial bisa lebih dari enam kali sehari.
Baca: Fakta-fakta OpenSea, Platform Pemasaran Swafoto Ghozali yang Laku Puluhan Juta
Kategori penyebab perilaku selfitis
1. Menikmati lingkungan
Selfitis merasa ketika swafoto akan memberikan perasaan yang baik untuk makin menikmati lingkungan. Swafoto mengekspresikan diri lebih banyak di lingkungan sekitar. Mengambil swafoto juga memberikan kenangan mengenai kesempatan, pengalaman, dan kenangan untuk masa depan dalam suatu lingkungan.
2. Kompetisi sosial
Perilaku selfitis terjadi karena dorongan persaingan dengan teman atau koleganya karena pose swafoto berbeda dianggap meningkatkan status sosial. Seseorang bisa lebih banyak mendapat like dan komentar di media sosial karena memiliki koleksi swafoto berbeda dan hasil pengeditan yang bagus.
3. Mencari perhatian
Seorang selfitis merasa akan mendapat perhatian besar dengan membagikan swafoto media sosial. Ia menganggap akan merasa lebih populer dibandingkan teman lainnya.
4. Mengubah suasana hati
Merujuk Cleveland Clinic, selfitis menjadi kecanduan swafoto karena dianggap bisa mengurangi tingkat stres, meningkatkan suasana hati (mood), dan membuat diri menjadi lebih bahagia.
5. Percaya diri
Seseorang merasa bisa lebih percaya diri dan berpikiran positif terhadap dirinya ketika melakukan swafoto.
6. Kesesuaian subjektif
Orang yang berperilaku selfitis merasa akan mendapat lebih banyak penerimaan di antara kelompok pertemanan ketika mengambil swafoto atau selfie dan membagikan di media sosial. Ia akan merasa sebagai anggota yang paling menonjol dari teman lainnya dalam kelompok pertemanan.
Baca: Suka Sebal Usai Lihat Foto Selfie Diri Sendiri Ini Alasan Psikologisnya
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.