Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Bahaya Infeksi Virus Herpes HSV-1 dan HSV-2, Apa Perbedaan Keduanya?

image-gnews
Anak 3 tahun yang tertular Herpes simpleks dari ciuman (MEN/WS/mirror.co.uk)
Anak 3 tahun yang tertular Herpes simpleks dari ciuman (MEN/WS/mirror.co.uk)
Iklan

TEMPO.CO, JakartaHerpes termasuk infeksi virus yang ditularkan melalui kontak kulit, ada dua jenis yang paling umum, virus herpes simpleks tipe 1 (HSV-1) dan tipe 2 (HSV-2), menyebabkan herpes mulut dan infeksi herpes genital.

Profesional Kesehatan Masyarakat Katie Wilkinson dalam laman verywellhealth, menulis setiap jenis biasanya menyebabkan infeksi virus pada bagian tubuh tertentu, ada kemungkinan menginfeksi mulut, alat kelamin, atau area anus. Keduanya memberikan dampak infeksi kronis jangka seumur hidup.

Baca: Mengenal Herpes Zoster, 3 Risiko Seseorang Kena Cacar Ular

Pengertian HSV-1 dan HSV-2

HSV-1 biasanya menimbulkan infeksi herpes oral, tetapi menyebabkan gejala pada area genital, karena saat di area tersebut virus ditularkan. Sedangkan, HSV-2 memiliki gejala pada area genital dan anus, ini menyebabkan infeksi di dalam atau di sekitar mulut.

Banyak orang terpapar HSV-1 saat masih anak-anak, seringkali antara usia 6 bulan dan 3 tahun. Perempuan saat melahirkan, memiliki banyak pasangan seksual, berhubungan seks untuk pertama kalinya di usia muda, dan pernah mengalami infeksi menular seksual cenderung mengidap herpes genital. 

Memiliki HSV-2 kemungkinan besar meningkatkan risiko tertular infeksi HIV, sebab lesi herpes genital membuat HIV masuk ke dalam tubuh dengan lebih mudah. Orang yang memiliki HIV dan HSV-2 berisiko lebih tinggi menularkan jumlah HIV kepada orang lain. 

Jika seseorang mengalami gejala, mereka cenderung datang dan pergi. Pusat Pengendali dan Pencegahan Penyakit (CDC) mencatat, kekambuhan herpes genital lebih sering terjadi pada HSV-2 dibandingkan dengan HSV-1. Profesor Emeritus Kedokteran Hunter Handsfield, MD menyatakan virus herpes bersifat laten tetapi tidak pernah sepenuhnya diberantas oleh sistem kekebalan tubuh.

Cara Membedakan HSV-1 dan HSV-2

Gejala herpes genital termasuk luka benjolan merah kecil atau lepuhan putih, bisul, dan keropeng, menurut situs health. Wabah awal disertai demam, pembengkakan kelenjar getah bening di selangkangan, sakit kepala, dan nyeri otot. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Gejala herpes oral meliputi luka berisi cairan di bibir, di dalam mulut, dan di belakang tenggorokan. Apalagi, kelenjar getah bening di leher juga bisa membengkak. 

“Cara untuk mengetahui bahwa itu herpes dan jenisnya, dengan menguji pada saat lesi aktif dengan tes PC,” kata Dr Handsfield. Tes amplifikasi asam nukleat seperti tes PCR dilakukan dan dapat melibatkan pengumpulan sel atau cairan dari infeksi herpes aktif, yang berarti ada luka atau lesi herpes. 

Terlepas, dari jenis apa yang menyerang, paling penting untuk mengetahui apakah Anda menderita herpes genital. Setelah mengetahui diagnosis, Anda dapat mengambil langkah-langkah menuju pencegahan dan pengobatan

BALQIS PRIMASARI

Baca juga: 10 Fakta Herpes Zoster yang Perlu Diketahui

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


3 Jenis Pengobatan untuk Pasien Parkinson

1 hari lalu

Nancy Van Der Stracten, 75 tahun yang menderita penyakit Parkinson, berpose saat akan mulai latihan tinju di sebuah klub tinju di Antalya, Turki, 26 Februari 2021. REUTERS/Umit Bektas
3 Jenis Pengobatan untuk Pasien Parkinson

Ada tiga jenis pengobatan yang dapat digunakan untuk pasien Parkinson, melalui obat-obatan, terapi fisik, dan metode operasi.


Jangan Hentikan Pengobatan Lupus meski Sudah Dapat Remisi

4 hari lalu

Ilustrasi penyakit Lupus. entresemana.mx
Jangan Hentikan Pengobatan Lupus meski Sudah Dapat Remisi

Pakar mengatakan kondisi remisi pada penyakit lupus belum tentu sama dengan berhenti berobat. Berikut penjelasan dokter penyakit dalam.


Pakar Ingatkan Gejala Lupus pada Anak yang Bisa Lebih Parah dari Dewasa

9 hari lalu

Ilustrasi anak demam. webmd.com
Pakar Ingatkan Gejala Lupus pada Anak yang Bisa Lebih Parah dari Dewasa

Dokter anak menjelaskan gejala penyakit lupus pada anak umumnya lebih gawat dibanding pada orang dewasa.


Cuaca Panas Ekstrem Sebabkan Heat Stroke, Ini yang Perlu Diwaspadai

11 hari lalu

Ilustrasi heat stroke. Shutterstock
Cuaca Panas Ekstrem Sebabkan Heat Stroke, Ini yang Perlu Diwaspadai

Cuaca panas ekstrem yang terjadi di Asia berpotensi menyebabkan heat stroke. Apa saja yang perlu diwaspadai?


Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

14 hari lalu

Pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) menjalani perawatan medis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sultan Abdul Azis Syah Peureulak, Kabupaten Aceh Timur, Aceh, Rabu, 11 Maret 2020. Kementerian Kesehatan mencatat jumlah kasus DBD di Indonesia telah menelan 100 korban meninggal dari total 16.099 kasus dalam periode Januari sampai dengan awal Maret 2020. ANTARA/Syifa Yulinnas
Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?


Pasien Kanker Minim Pengetahuan Akibat Waktu Konsultasi Terbatas

15 hari lalu

Ilustrasi penderita kanker. shutterstock.com
Pasien Kanker Minim Pengetahuan Akibat Waktu Konsultasi Terbatas

Waktu konsultasi yang terbatas menyebabkan pasien kanker sering merasa bingung untuk memahami betul penyakitnya.


Ibu Hamil Konsumsi Paracetamol, Apa yang Perlu Jadi Perhatian?

16 hari lalu

Ilustrasi ibu hamil berpikir. shutterstock.com
Ibu Hamil Konsumsi Paracetamol, Apa yang Perlu Jadi Perhatian?

Ibu hamil mengonsumsi paracetamol perlu baca artikel ini. Apa saja yang harus diperhatikan?


Vaksinasi Masih Jadi Tantangan, Banyak Orang Termakan Mitos Keliru

17 hari lalu

Ilustrasi vaksinasi Covid-19. TEMPO/Subekti
Vaksinasi Masih Jadi Tantangan, Banyak Orang Termakan Mitos Keliru

Masih ada warga yang menganggap vaksinasi dapat menyebabkan kematian sehingga pelaksanaannya masih sering menemui kendala.


Jangan Beri Anak Parasetamol setelah Imunisasi, Ini Alasannya

17 hari lalu

Petugas kesehatan meneteskan vaksin polio pada mulut anak balita saat pelaksanaan Sub Pekan Imunisasi Nasional (Sub PIN) Polio di Kota Madiun, Jawa Timur, Senin 19 Februari 2024. Imunisasi itu merupakan putaran kedua yang menyasar  kepada sekitar 18 ribu anak hingga usia delapan tahun di wilayah tersebut untuk memberikan kekebalan pada anak sekaligus upaya menanggulangi Kejadian Luar Biasa (KLB) polio menyusul penemuan kasus lumpuh layu di Pamekasan, Sampang Jawa Timur serta Klaten Jawa Tengah beberapa waktu lalu, dilaksanakan pada 19-25 Februari. ANTARA FOTO/Siswowidodo
Jangan Beri Anak Parasetamol setelah Imunisasi, Ini Alasannya

Jangan memberi obat penurun demam seperti parasetamol saat anak mengalami demam usai imunisasi. Dokter anak sebut alasannya.


Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

21 hari lalu

Pada Senin (5/2), Istana Buckingham mengumumkan bahwa Raja Charles III didiagnosis menderita kanker. Istana juga mengatakan bahwa sang Raja telah mulai menjalani perawatan. REUTERS/Toby Melville
Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

Raja Charles III sudah mendapat izin dari tim dokter untuk kembali bertugas setelah menjalani pengobatan kanker.