Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Hindari Menyelimuti Bayi saat Tidur, Bisa Sebabkan Kematian

Ilustrasi bayi tidur. Shutterstock
Ilustrasi bayi tidur. Shutterstock
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Bagi bayi, tidur yang cukup menjadi kebutuhan yang penting. Umumnya, orang tua berusaha untuk mengenakan selimut pada anak atau bayinya guna menghalau udara dingin menusuk langsung. Namun, tidak jarang seorang anak yang justru merasa tidak betah untuk memakai selimut. Apakah alasannya? 

Dilansir dari mommyandlove, banyak anak membenci selimut. Mereka akan sering menendang selimut dari tempat tidur atau berteriak ketika orang tua mereka mencoba mengenakannya.

Kebanyakan orang mengira bahwa alasan anak-anak membenci selimut adalah karena mereka takut tertutup atau tercekik. Namun hal itu bukan penyebabnya. Alasan sebenarnya anak-anak membenci selimut adalah, mereka merasa tidak nyaman di kulit. Alhasil, anak menjadi gelisah, risih dan sulit tertidur saat memakai selimut.

Sedangkan alasan lain mengatakan bahwa selimut dirasakan berat bagi bayi dan membuat mereka merasa terkekang. Penyebab lainnya, selimut membuat anak terlalu hangat dan karenanya anak menendangnya di malam hari.

Usia Ideal Memberi Anak Selimut 

Baca : Ayah Meninggal Kedinginan Setelah Berikan Selimut ke Anak 

Anda mungkin merasa ingin untuk menyelimuti bayi menggunakan selimut yang lembut dan hangat untuk membantu menenangkannya di malam hari. Namun sebagaimana dikutip dari webmd.com, selimut tidak disarankan hingga bayi mencapai usia minimal 12 bulan karena dapat meningkatkan risiko mati lemas secara tidak sengaja.

Selimut mungkin tampak tidak berbahaya, tetapi tidak aman selama tidur siang atau waktu tidur untuk bayi Anda. Apa pun yang berpotensi menutupi mulut dan hidung mereka dapat menyebabkan bayi mati lemas. American Association of Pediatrics atau AAP telah mengeluarkan pedoman tidur yang aman, salah satunya termasuk rekomendasi untuk tidak menggunakan selimut di boks bayi Anda.

Diantara bahaya yang mengintai dari memberi anak selimut terlalu dini adalah SIDS alias Sudden infant death syndrome. Melansir dari webmd, sindrom ini merupakan penyebab utama kematian bayi antara kelahiran dan usia 12 bulan. 

Penelitian menunjukkan bahwa ada cara mudah untuk mencegah bayi Anda berisiko SIDS. Agar mudah diingat, AAP mempromosikan ABC tidur aman, yang merupakan singkatan dari Alone on their Back in a Crib. 

Maksud Alone atau sendirian adalah Orang tua dan saudara tidak boleh tidur dengan bayi. "Alone" juga berarti meninggalkan selimut, bantal , mainan, dan boks bayi dari boks bayi Anda juga. 

Sedangkan ont their Back berarti telentang. Tidur miring atau tengkurap menimbulkan risiko mati lemas. Ada kemungkinan bayi Anda belum cukup berkembang untuk menggerakkan kepalanya jika ia tidak dapat bernapas.

Yang terakhir adalah in a Crib atau Buaian. Baringkan bayi Anda untuk tidur siang dan tidur di atas permukaan yang rata dan kokoh seperti di buaian, atau boks yang dibuat untuk tidur bayi. Jangan letakkan bayi Anda untuk tidur siang di bouncer atau ayunan.

Alternatif Lainnya

Alasan terbesar menggunakan selimut adalah untuk memastikan bayi Anda hangat saat tidur. Jika Anda tinggal di tempat yang dingin pada malam hari, cobalah membeli piyama agar tetap hangat.

Selain itu, ada juga alternatif tidur lainnya disamping selimut untuk menjaga bayi tetap hangat. Antara lain: 

1. Posisi tidur bayi

Meskipun disarankan untuk membaringkan bayi Anda telentang, begitu bayi mulai berguling secara mandiri, bayi mungkin akan berbalik ke perut atau ke samping. Jika ini terjadi, Anda tidak perlu memindahkannya ke belakang lagi di malam hari.

2. Permukaan tidur yang kokoh. 

Pastikan bayi Anda tidak pernah tidur di permukaan yang empuk. Ketika Anda mendorong tangan Anda ke bawah pada permukaan boks bayi Anda, itu akan terasa rata dan kencang. Jangan membaringkannya di atas selimut atau bantal yang mungkin menutupi wajahnya saat tidur.

3. Suhu

Anda ingin bayi Anda hangat tetapi tidak panas. Pastikan mereka tidak kepanasan dengan piyama footie dan bedong jika di luar hangat.

4. Menyusui

Saat Anda menyusui, Anda memberikan nutrisi yang tepat yang dibutuhkan bayi Anda. Jika Anda tidak ingin bayi menyusu, cobalah memompa dan menawarkan botol. ASI Anda membantu mereka melawan penyakit dan infeksi, membuat paru-paru mereka bersih untuk bernapas.

5. Cobalah dot

Bayi yang menggunakan dot saat tidur siang dan sebelum tidur memiliki risiko SIDS yang lebih rendah. Pastikan Anda memilih dot yang aman dengan alas yang cukup lebar agar tidak menimbulkan bahaya tersedak.

6. Hindari merokok

Perokok pasif adalah asap yang dihirup bayi Anda karena berada di sekitar perokok terdekat. Asap tangan ketiga adalah residu yang tertinggal di pakaian, selimut, dan sumur. Karena paru-paru bayi Anda sangat sensitif, berada di dekat perokok membuat mereka berisiko lebih besar terkena SIDS.

DANAR TRIVASYA FIKRI

Baca : Jauhkan Bayi dari Boneka, Selimut dan Bantal Saat Tidur 

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Iklan




Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.




Video Pilihan


Kenali Perburukan Gejala Penyakit Paru Obstruktif Kronis

4 hari lalu

Ilustrasi paru-paru basah. Foto : halodoc
Kenali Perburukan Gejala Penyakit Paru Obstruktif Kronis

Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) memiliki potensi dapat berubah menjadi perburukan gejala atau eksaserbasi. Simak penjelasan dokter.


Dampak Penyakit Paru Obstruktif Kronis pada Penderita, Kualitas Hidup Turun

4 hari lalu

ilustrasi sesak napas. shutterstock.com
Dampak Penyakit Paru Obstruktif Kronis pada Penderita, Kualitas Hidup Turun

Dokter mengingatkan penyakit paru obstruktif kronis dapat berdampak pada penurunan kualitas hidup penderita.


Risiko Kanker Paru-paru di Kalangan Perokok Pasif: 3 Faktor Risiko Utama yang Harus Diketahui

7 hari lalu

Ilustrasi rokok, stop smoking, no smoking
Risiko Kanker Paru-paru di Kalangan Perokok Pasif: 3 Faktor Risiko Utama yang Harus Diketahui

Risiko gangguan kesehatan juga mengancam para perokok pasif. Apa saja faktor-faktor risikonya?


Teknologi Radar bakal Dipasang di Mobil, Apa Saja Gunanya?

14 hari lalu

Ilustrasi drone. Efrem Lukatsky/Pool via REUTERS
Teknologi Radar bakal Dipasang di Mobil, Apa Saja Gunanya?

Teknologi radar untuk mendeteksi anak-anak yang tertinggal di mobil panas dan fitur bantuan mengemudi.


5 Cara Mengatasi Bayi Susah Makan

17 hari lalu

Ilustrasi bayi sedang bermain. Foto: Unsplash.com/Yuri Shirota
5 Cara Mengatasi Bayi Susah Makan

Berikut cara yang aman dan nyaman bagi bayi agar ia mau makan. Terutama saat bayi sudah lepas dari pemberian ASI eksklusif


Bisakah Manusia Hidup Dengan Satu Paru-paru? Ini Risikonya

18 hari lalu

Ilustrasi fibrosis paru-paru. Shutterstock
Bisakah Manusia Hidup Dengan Satu Paru-paru? Ini Risikonya

Terkadang ada kondisi dimana manusia harus hidup dengan satu paru-paru, namun apakah bisa? Berikut penjelasan dan risikonya.


Merasakan 'Pura-pura Mati' di Baekseok Well-Dying Healing Center

21 hari lalu

Baekseok Well-dying healing center, Cheonan-si, Korea Selatan. Sumber: blog/istimewa
Merasakan 'Pura-pura Mati' di Baekseok Well-Dying Healing Center

Jeong memastikan mereka yang mengikuti prosesi 'pura-pura mati' ini, bukan berarti orang yang sedang frustrasi atau depresi.


Kenali Tanda Bayi Alergi Susu

26 hari lalu

Ilustrasi ibu sedang mengganti popok bayi. Foto: Freepik.com/@gpointstudio
Kenali Tanda Bayi Alergi Susu

Alergi susu sapi yang terjadi akibat reaksi berlebihan dari kinerja sistem imun terhadap kandungan protein dalam susu sapi.


Waspada Sindrom Rett, Kelainan Saraf yang Bisa Hilangkan Kemampuan Motorik Bayi dalam Seketika

26 hari lalu

Ilustrasi ibu sedih saat mengasuh bayinya. Foto: Unsplash/Hollie Santos
Waspada Sindrom Rett, Kelainan Saraf yang Bisa Hilangkan Kemampuan Motorik Bayi dalam Seketika

Kelainan saraf sindrom rett sangat berbahaya, hingga saat ini belum ada obatnya.


Dosen IPB Bikin Aplikasi Penerjemah Tangisan Bayi, Bisa Deteksi Lapar hingga Kembung

31 hari lalu

Dosen Sekolah Vokasi IPB, Medhanita Dewi Renanti, mengembangkan aplikasi penerjemah tangisan bayi. Aplikasi yang diberi nama Madsaz itu bertujuan untuk membantu para orang tua untuk menerjemahkan tangisan bayi.Dokumentasi: Ditjen Vokasi Kemendikbud.
Dosen IPB Bikin Aplikasi Penerjemah Tangisan Bayi, Bisa Deteksi Lapar hingga Kembung

Dosen Sekolah Vokasi IPB, Medhanita Dewi Renanti, mengembangkan aplikasi penerjemah tangisan bayi. Berikut cara kerjanya.