TEMPO.CO, Jakarta - Sepertinya pengguna media sosial tidak pernah kehabisan topik perbincangan. Baru-baru ini, warganet dari platform TikTok sedang dihebohkan dengan konten video bertajuk Body Count. Berbagai pro kontra bermunculan lantaran hal berbau seksualitas tersebut tidak patut dipertanyakan apalagi dianggap sebuah kebanggaan. Lantas, sesungguhnya apa itu body count?
Apa itu Body Count?
Dikutip dari laman Britannica, body count merujuk pada jumlah orang yang terbunuh akibat perang, bencana alam, atau peristiwa berdarah lainnya. Namun, bagi netizen di TikTok, bahasa gaul body count dimaknai sebagai suatu hal yang mengarah pada perilaku negatif. Khususnya bagi masyarakat Indonesia karena disebut tidak sesuai dengan adat ketimuran.
Menurut situs Distractify, body count dalam bahasa viral didefinisikan sebagai jumlah pasangan yang pernah diajak melakukan hubungan intim oleh seseorang. Bagi beberapa orang, hal tersebut menjadi privasi atau bahkan melanggar norma sosial dan ajaran agama. Namun, sebagian lainnya justru tanpa rasa malu mengakui jumlah pasangan seks mereka sebelumnya.
Seperti apa yang dilakukan pemilik akun @pooranthusa di TikTok. Seorang remaja berusia 19 tahun tersebut membagikan kisahnya pernah tidur dengan 35 orang. Tak mau ketinggalan, pengguna dengan nama @heroincommunist yang masih berumur 22 tahun mengakui telah berhubungan suami istri dengan 52 orang. Klaim paling mencengangkan datang dari @kaciemoncrieffe yang sama-sama berusia 22 tahun, tetapi memiliki body count berjumlah 717 orang.
Tren pergaulan bebas pada generasi muda ini menjadi perhatian besar bagi beberapa pihak. Tidak hanya orang tua, tetapi juga tokoh agama, tenaga pendidik, dan ahli kesehatan. Misalnya pendapat Dr. Stephen A. Diamond pada situs Evie Magazine yang mengungkapkan bahwa terdapat banyak faktor pemicu pergaulan bebas secara seksual sehingga melahirkan istilah body count.
Lebih lanjut, dia menambahkan bahwa motivasi seks sembarang dapat disebabkan oleh dorongan untuk menghindari perasaan negatif. Seperti kesedihan berlebihan, kecemasan, dan depresi. Di saat seseorang berperilaku abai termasuk pada persoalan seksualitas, maka hal itu dapat mengikis harga diri. Serta menjadi awal mula siklus beracun untuk menyakiti diri-sendiri.
Bahaya Fenomena Body Count
Bukan hanya mengenai pengertian body count, Evie Magazine berupaya memetakan alasan perilaku tersebut dapat terjadi. Berdasarkan penjelasan Dr. Stephen A. Diamond dapat dibuktikan pada pengguna @heroincommunist yang ternyata mempunyai pengalaman bergulat dengan kecanduan narkoba. Maupun akun @pooranthusa yang sempat menjadi korban pelecehan seksual di usia 12 tahun dan 16 tahun.
Beberapa orang mungkin bertanya-tanya, apa dampak body count bagi hubungan percintaan. Dalam jurnal ilmiah berjudul Sexual History Attractiveness karya Steve Stewart Williams melaporkan bahwa semakin banyak pasangan seksual yang dimiliki perempuan sebelum menikah, maka pernikahannya semakin kurang bahagia. Penelitian tersebut diikuti oleh 188 orang dewasa dengan rata-rata berusia 21 tahun. Hal itu didasarkan oleh tingginya ekspektasi dan ketidakpuasan terhadap pasangannya sekarang.
Akibat Gonta-ganti Pasangan Seks
Selain dampak psikologis, terdapat ancaman penurunan kondisi kesehatan akibat gonta-ganti pasangan seksual. Berikut ini efek negatif fenomena body count yang dihimpun dari Medical News Today.
1. Meningkatkan risiko tertular infeksi atau penyakit menular seksual (PMS).
2. Menurunkan gairah seks.
3. Kanker serviks.
4. Kanker mulut.
5. Akibat gonta-ganti pasangan seks selanjutnya ialah risiko terkena kanker hati.
6. Hepatitis B.
7. Hepatitis C.
8. HPV (human papillomavirus).
9. Kanker anus.
10. Kanker penis.
11. Kanker prostat.
12. Ancaman HIV/AIDS.
Demikian penjelasan mengenai apa itu body count yang viral di TikTok beserta risiko yang mengintai di depan mata. Termasuk untuk kesehatan fisik, mental, dan hubungan asmara bersama pasangan.
Baca: Sempat Viral di TikTok, Apa yang Dimaksud Body Count?
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.
MELYNDA DWI PUSPITA