TEMPO.CO, Jakarta - Masih banyak orang yang mengabaikan cacingan. Cacingan sangat berkaitan dengan sanitasi bersih dan higienis. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pun meminta semua orang tua untuk mewaspadai anak terkena cacingan yang dapat menjadi penyebab stunting karena mengganggu penyerapan asupan gizi anak secara optimal.
“Jadi, lindungi anak-anak agar tetap jadi generasi unggul dan tidak digerogoti cacing. Investasi itu harus bagus, jangan cacing,” kata Ketua Pengurus Pusat IDAI, Pimprim Basarah Yanuarso.
Ia menuturkan cacingan merupakan salah satu jenis penyakit parasit, yang masuk dalam kategori Penyakit Tropis Terabaikan (NTD). Kejadian cacingan juga sudah banyak ditemukan sejak ratusan tahun lalu. Ketika anak menderita cacingan, ada cacing yang masuk ke dalam tubuh dan menjadi parasit. Cacing itu akan menggerogoti nutrisi serta berbagai zat gizi lain sehingga kebutuhan gizi anak jadi tidak terpenuhi.
Akibatnya, anak berpotensi terkena anemia dan berakhir terkena stunting sebab nutrisi yang diambil secara terus menerus mampu membuat anak masuk ke dalam kondisi malnutrisi kronis. Dampak lebih lanjut yang disebutkan adalah karena terkena anemia dan stunting, IQ atau kemampuan intelektual anak di sekolah berkurang. Anak tidak dapat fokus mengikuti pelajaran sehingga menurunkan daya saing.
“Cacingan juga bisa membuat sumbatan usus. Ada juga yang tidak bisa BAB karena ususnya tersumbat cacing dalam jumlah besar, tentu saja kita tidak ingin ini terjadi pada anak-anak kita,” ujar Pimprim.
Dapat dicegah
Meski menjadi parasit, cacingan pada anak bisa dicegah. Salah satunya melalui Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan cuci tangan teratur sebelum makan, potong kuku atau Buang Air Besar (BAB) pada tempatnya. Terlebih selama pandemi Covid-19, Pimprim menilai seharusnya cacingan dapat semakin dicegah karena pandemi mengajarkan pengetatan protokol kesehatan melalui penggunaan masker. Ia berharap tidak ada satu pun pihak yang menyepelekan cacingan sehingga kualitas generasi masa depan tetap unggul dan memiliki daya saing tinggi.
Sementara itu, Anggota UKK Infeksi Tropik IDAI, Ayodhia Pitaloka Pasaribu, membenarkan jika infeksi cacing yang berulang amat mempengaruhi tumbuh kembang anak. Terlebih jika infeksi sudah terjadi sejak awal kehidupan. Umumnya, jenis cacing yang paling banyak menginfeksi anak di Indonesia adalah sejenis cacing tambang bernama Necator Americanus. Adapun gejala cacingan yang muncul bisa berupa kurang nafsu makan, lesu, dan perut buncit. Berat badan anak dapat menurun dan diikuti rasa nyeri perut, mual, muntah.
“Bisa juga diare atau sembelit, juga bisa keluar cacing dari mulut atau dubur anak, kadang disertai gatal di sekitar anus,” katanya.
Sedangkan bagi penanggulangan cacingan dalam jangka pendek, ia menjelaskan dapat dicegah dengan mulai mengurangi prevalensi infeksi cacing dengan membunuh hewan tersebut melalui pengobatan. Sementara jangka panjang, perbaikan lingkungan dapat dilakukan, mengingat infeksi cacingan ditularkan melalui tanah.
Baca juga: Inilah Cara Mencegah Penyakit Cacingan