TEMPO.CO, Jakarta -Beraktivitas di negara tropis yang terbiasa dengan matahari panas, menimbulkan suatu kebiasaan untuk menggunakan air conditioner alias AC setiap ruangan rumah.
Menggunakan pendingin ruangan tersebut akan memberikan kenyamanan karena merendahkan suhu ruangan. Namun, di balik kenyamanan tersebut, terdapat juga beberapa dampak negatif.
Salah satu dampak negatifnya adalah menimbulkan sick building syndrome (SBS) atau sindrom penyakit bangunan. Penyakit tersebut banyak menyerang manusia yang berada dalam ruangan AC atau berpendingin dalam waktu yang lama. Penyakit tersebut disebabkan karena ruangan yang lembab dengan sirkulasi udara yang tidak sehat. Beberapa gejala SBS adalah kepala pusing, sesak napas, mual, influenza, mengantuk, kelelahan, dan gangguna kulit, serta dehidrasi kulit.
Melansir laporan yang dimuat dalam International Journal of Epidemiology, disebutkan bahwa kondisi pernapasan dapat memburuk pada ruangan yang berpendingin karena tempat tersebut menjadi tempat berkembangnya mikroorgnaisme dan jamus. Selain itu, ruangan berpendingin udara dapat menimbulkan beberapa penyakit, seperti iritasi tenggorokann, infeksi telinga, mata kering, dan reaksi alergi.
Dalam mengatasi dampak-dampak tersebut, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan ketikan meletakan pendingin udara.
Pertama, udara yang berasal dari pendingin jangan diarahkan langsung ke kepala dan badan. Hal ini supaya meminimalkan terjadinya gangguan pernapasan. Kedua, letakkan pendingin minimal 15 centimeter dari plafon. Hal ini supaya udara dapat diambil secara maksimal oleh AC. Ketiga, letakkan pendingin udara dengan tempat yang mudah untuk mengakses pipa air dan kabel listrik. Keempat, selalu perhatikan ventilasi udara sebelum memasang AC pada suatu ruangan.
EIBEN HEIZIER
Pilihan editor : Inilah Permasalahan Umum Remote AC dan Cara Mengatasinya
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung.