TEMPO.CO, Jakarta - Jumlah orang dengan penyakit sifilis meningkat hampir 70 persen dalam waktu lima tahun, sejak 2016 hingga 2022, menurut catatan Kementerian Kesehatan atau Kemenkes.
Juru bicara Kemenkes Mohammad Syahril menjelaskan, penyebab peningkatan kasus dipengaruhi perilaku seks berisiko yang dilakukan orang tua, misalnya melalui oral atau anal. "Perilaku seks yang berisiko ini sangat mungkin untuk mencederai hak anak dan mengancam kelangsungan hidupnya, karena bisa menimbulkan kecacatan," katanya dalam Konferensi Pers: Melindungi Anak dari Penularan Penyakit Seksual yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin, 8 Mei 2023, dikutip dari Antara.
Pada 2016, kata dia, ada 12 ribu kasus penyakit sifilis. Angka terus meningkat hampir mendekati 21 ribu kasus pada 2022.
Apa itu sifilis?
Sifilis infeksi bakteri yang biasanya disebarkan melalui kontak seksual. Merujuk Mayo Clinic, penyakit itu dimulai sebagai luka yang tak nyeri di alat kelamin, rektum atau mulut. Sifilis menyebar melalui kontak kulit atau selaput lendir dengan luka tersebut.
Merujuk Center for Disease Control and Prevention, sifilis atau infeksi menular seksual tersebab bakteri Treponema pallidum. Penularan sifilis terjadi melalui hubungan seksual, kontak dengan luka terbuka orang dengan sifilis. Faktor lainnya melalui transfusi darah atau terkontaminasi
Merujuk Cleveland Clinic, sifilis tanpa pengobatan tepat bisa berakibat masalah kesehatan yang serius.
Gejala sifilis
Menurut Center for Disease Control and Prevention, ada empat tahap sifilis termasuk primer, sekunder, laten, dan tersier. Gejala bervariasi setiap tahapnya, bahkan bisa selama beberapa tahun.
1. Tahap primer
Tahap ini akan berlangsung selama 3 pekan hingga 6 pekan setelah terinfeksi. Gejalanya muncul luka terbuka kecil atau chancre di bagian kelamin, saluran pelepasam, atau mulut. Lukanya tak menimbulkan rasa sakit, terkadang tak disadari.
2. Tahap sekunder
Selama tahap ini berlangsung akan timbul ruam kulit yang tak gatal. Biasanya telapak tangan dan kaki. Adapun kondisi lainnya suhu badan meningkat, demam, sakit kepala, lelah, dan sakit tenggorokan.
3. Tahap laten
Tahap laten sifilis periode ketika tak ada tanda atau gejala yang terlihat. Tanpa pengobatan, bisa menderita sifilis di tubuh berkepanjangan selama bertahun-tahun.
4. Tahap tersier
Kebanyakan orang dengan sifilis yang tidak diobati tak akan mengembangkan sifilis tersier. Namun, ketika itu terjadi rentan mempengaruhi banyak sistem organ yang berbeda, seperti jantung, pembuluh darah, otak dan sistem saraf.
Sifilis tersier tergolong kategori tahunan yang serius. Di tahap ini sifilis merusak organ dalam. Penyedia layanan kesehatan biasanya mendiagnosis sifilis tersier menggunakan beberapa tes.
Pilihan Editor: Kasus Sifilis Pada Bayi Baru Lahir di Kanada Naik
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.