TEMPO.CO, Jakarta - Disleksia merupakan kondisi gangguan proses belajar yang berpengaruh pada kemampuan membaca, menulis, dan berbicara. Gangguan saraf pada bagian otak yang memproses bahasa membuat penderita disleksia kesulitan dalam mengidentifikasi kata-kata.
Mengutip understood.org, orang dengan disleksia akan kesulitan membaca dengan kecepatan yang baik dan tanpa kesalahan. Mereka mungkin juga mengalami kesulitan dengan pemahaman membaca, mengeja, dan menulis.
Disleksia tidak hanya dapat terjadi pada anak-anak, melainkan orang dewasa pun bisa mengidap disleksia. Walaupun berdampak pada proses belajar, disleksia tidak mempengaruhi kecerdasan seseorang. Sebagian besar pengidap disleksia berhasil menangkap pelajaran maupun informasi menggunakan metode khusus.
Penyebab Disleksia
Disleksia tidak berhubungan dengan tingkat kecerdasan umum seseorang. Dikutip dari nhs.uk, adapun penyebab pasti dari disleksia tidak diketahui, tetapi sering muncul dalam keluarga. Salah satu faktor yang meningkatkan risiko seseorang mengalami disleksia adalah memiliki keluarga dengan riwayat disleksia.
Kondisi disleksia bermula dari perbedaan bagian otak yang memproses bahasa. Pemindaian pencitraan pada penderita disleksia menunjukkan bahwa area otak yang seharusnya aktif saat seseorang membaca tidak berfungsi dengan baik.
Meski penyebab disleksia belum diketahui secara pasti, namun beberapa faktor yang dapat meningkatkan terjadinya disleksia adalah sebagai berikut:
- Kelahiran prematur atau lahir dalam kondisi BBLR (Berat Badan Lahir Rendah).
- Memiliki keluarga dengan riwayat disleksia.
- Pernah terpapar nikotin, alkohol, NAPZA, atau infeksi selama masa kehamilan.
- Cedera atau trauma pada otak.
- Kelainan pada struktur otak yang berfungsi untuk berpikir dan mengolah kata.
Gejala Disleksia
Gejala disleksia bervariasi, tergantung kepada usia dan tingkat keparahan yang dialami penderita. Gejala dapat muncul pada usia 1-2 tahun, atau setelah dewasa.
Pada anak balita, gejala dapat sulit dikenali. Namun setelah anak mencapai usia sekolah, gejala akan makin terlihat, terutama ketika anak belajar membaca. Mengutip laman yankes.kemkes.go.id, adapun gejala yang muncul meliputi:
- Perkembangan bicara yang lebih lamban dibandingkan anak-anak seusianya.
- Kesulitan memproses dan memahami apa yang didengar.
- Kesulitan menemukan kata yang tepat untuk menjawab suatu pertanyaan.
- Kesulitan mengucapkan kata yang tidak umum.
- Kesulitan mempelajari bahasa asing.
- Kesulitan dalam mengingat sesuatu.
- Kesulitan dalam mengeja, membaca, menulis, dan berhitung.
- Lamban dalam menyelesaikan tugas membaca atau menulis.
- Lamban dalam mempelajari nama dan bunyi abjad.
- Menghindari aktivitas membaca dan menulis.
- Kesulitan mengingat huruf, angka, dan warna.
- Kesulitan memahami tata bahasa dan memberi imbuhan pada kata.
- Sering salah dalam mengucapkan nama atau kata.
- Sering menulis terbalik, misalnya menulis ‘pit’ saat diminta menulis ‘tip.’
- Sulit dalam membedakan huruf tertentu saat menulis, misalnya ‘d’ dengan ‘b’ atau ‘m’ dengan ‘w.’
Jika perkembangan kemampuan membaca dan menulis anak terlihat lambat, segera konsultasikan dengan dokter. Apabila disleksia dibiarkan tidak tertangani, kesulitan anak dalam membaca akan berlangsung hingga dewasa.
Pilihan Editor: Susah Membaca, Penderita Disleksia Biasanya Mantap di Seni