TEMPO.CO, Jakarta - Meningkatkan literasi menjadi salah satu tantangan besar Indonesia. Baru sebentar beradaptasi dengan era digital dan masyarakat informasi atau Masyarakat 4.0 (Society 4.0), sekarang dunia harus menyambut kehadiran era Masyarakat 5.0, sebuah konsep yang digagas oleh Mantan Perdana Menteri Shinzo Abe pada Maret 2017.
Garis besarnya, Masyarakat 5.0 mengupayakan pengintegrasian ruang maya atau cyberspace dengan dunia nyata untuk menyediakan pelbagai produk sehari-hari sesuai kebutuhan unik setiap orang dengan berbasis penggunaan kecerdasan buatan alias artificial intelligence dan bigdata. Datanya bersumber dari beragam perangkat sensor yang ada di dunia nyata.
Masyarakat 4.0 mengutamakan pembaruan industrialisasi dunia. Sedangkan Masyarakat 5.0 berfokus pada pemanfaatan teknologi yang ada pada Masyarakat 4.0. Misi utama Masyarakat 5.0 adalah memeratakan kesejahteraan segenap lapisan masyarakat dengan menggunakan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence dan internet of things (IoT). Jadi, pada akhirnya, baik Masyarakat 4.0 maupun Masyarakat 5.0 sama-sama bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dunia.
Narasumber dan peserta gelar wicara atau talkshow tentang Pancasila dan era Masyarakat 5.0 sedang berpose di lantai tiga Kafe Oase, Kota Malang, Minggu, 18 Juni 2023. TEMPO/Abdi Purmono
Indonesia masih menjajaki Masyarakat 4.0 dan tentu banyak pekerjaan rumah yang harus diberesi lebih dulu sebelum memasuki era Masyarakat 5.0. Apabila ambisi ini terwujud, Indonesia sebagai negara kepulauan akan sangat terbantu dalam memeratakan pembangunan dan kesejahteraan.
“Hal itu masih relevan dengan cita-cita dan tujuan nasional negara kita yang berdasarkan Pancasila,” kata Destriana Saraswati, pengajar Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya, yang juga Ketua Yayasan Oase Cakrawala Nusantara. Destriana menjadi narasumber gelar wicara atau talkshow bertema “Pancasila sebagai Dasar Merangkai Keharmonisasian Bangsa di Era Society 5.0” yang diadakan di lantai tiga Oase Cafe & Literacy, Ahad siang, 18 Juni 2023.
Perubahan era itu tentu membuat masyarakat untuk lebih mengutamakan literasi, khususnya literasi digital. Acara tersebut merupakan salah satu program diskusi rutin sebulan sekali milik Duta Damai Regional Jawa Timur yang ditajuk kongko perdamaian atau Kopeace. Duta Damai Regional Jawa Timur berdiri pada 27 Juli 2017. Kopeace kali ini dilaksanakan Duta Damai bersama Yayasan Oase Cakrawala Nusantara yang dihadiri 20 pemuda dari beberapa perguruan tinggi di Kota Malang.
Destriana mengatakan, nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi bangsa tetap relevan dijadikan acuan pembangunan karakter bangsa menyongsong era Masyarakat 5.0. Namun, dia mengingatkan, Pancasila jangan hanya jadi hafalan tanpa penghayatan dan pengamalan hakikatnya. “Itu yang terpenting,” ujar Destriana, Alumni Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada.
Acara gelar wicara tersebut bukan kegiatan pertama yang diadakan Oase Cafe & Literacy alias Kafe Oase. Kafe ini berlokasi Jalan Joyo Utomo V Blok F/1, Kelurahan Merjosari, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Provinsi Jawa Timur.
Diskusi soal kenegaraan dan isu sosial ini menjadi 'makanan' komunitas di Kafe Oase. Komunitas Gubuk Tulis, Gusdurian Malang, Duta Damai Jawa Timur, Perempuan Bergerak, aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Sabda Perubahan, menjadikan Kafe Oase sebagai tempat nongkrong dan diskusi berat itu. Kafe itu juga menjadi kantor toko buku alternatif bernama Toko Buku Oase, tempat nongkrong pegiat Penerbit Kota Tua dan Yayasan Oase Cakrawala Nusantara.