TEMPO.CO, Jakarta - Hepatitis B rawan ditularkan dari ibu ke anak saat kehamilan, melahirkan, maupun setelahnya. Pemerintah pun tak tinggal diam dengan melakukan langkah penanggulangan untuk mengurangi risiko penularan tersebut.
Menurut data Kementerian Kesehatan RI 2020-2022, jumlah kasus hepatitis meningkat dari 40.108, kemudian 47.550, dan 50.744 pada 2022. Kasus tertinggi ada di Jawa Timur dengan 8.269, Jawa Barat (6.779), Jawa Tengah (5.653), sedang yang paling sedikit di Kalimantan Utara (239), Sulawesi Utara (222), dan DI Yogyakarta (172).
Baca Juga:
"Tidak ada cukup alasan bagi penderita hepatitis tidak terdiagnosis dan tidak diobati ketika intervensi yang efektif sebenarnya sudah tersedia. Kita pastikan tes dan pengobatan hepatitis tersedia untuk semua," kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.
Upaya pemerintah
Cara penularan bisa melalui darah ibu penderita hepatitis B yang sedang hamil, infeksi dan transmisi plasenta dari ibu ke anak saat persalinan, dan luka di sekitar puting susu yang menyebabkan keluarnya cairan luka infeksius. Pemerintah pun mengupayakan berbagai pencegahan, antara lain:
-Meningkatkan tes hepatitis yang pada 2022 dilakukan pada 64 persen ibu hamil atau sekitar 3,2 juta orang.
Baca Juga:
-Memberikan antivirus kepada ibu hamil yang terdiagnosis hepatitis B.
-Memberika vaksin hepatitis B dosis 1 pada bayi baru lahir usia 0 atau kurang dari 24 jam.
-Melakukan pencarian kasus aktif pada masyarakat dan fasilitas kesehatan beserta jaringannya.
-Meningkatkan edukasi pencegahan dan pengendalian hepatitis pada masyarakat.
Pilihan Editor: Hari Hepatitis Sedunia dan Perlunya Langkah Nyata Pengentasan lewat UU Kesehatan