TEMPO.CO, Jakarta - Hari Kanker Paru Sedunia diperingati setiap 1 Agustus. Pakar pulmonologi di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, dr. Eric Daniel Tenda Sp.PD, KP, FINASIM, pun mengingatkan para perokok, sekalipun tak bergejala batuk atau sesak napas, untuk segera menjalani penapisan untuk deteksi dini kanker paru.
"Orang yang masih merokok aktif masuk ke dalam kelompok yang harus dilakukan penapisan atau skrining, 20 bungkus rokok dalam 10 tahun terakhir meningkatkan risiko terkena kanker paru," katanya.
Ia juga mengatakan mereka yang berusia 50-80 tahun, memiliki riwayat keluarga kanker, termasuk dalam populasi yang harus melakukan penapisan. Penapisan yang disarankan yakni pemeriksaan CT-scan paru dosis rendah atau LDCT. Menurut Eric, pemeriksaan ini memiliki nilai diagnostik yang lebih baik untuk mengidentifikasi kelainan pada paru secepat mungkin.
"Kebanyakan di fasilitas pelayanan primer itu banyak yang masih menggunakan foto rontgen. Bukan berarti foto rontgen enggak bisa menangkap," ujarnya.
Dia mengatakan dengan melakukan penapisan secepat mungkin maka abnormalitas paru akibat faktor risiko seperti riwayat merokok, usia, riwayat keluarga dengan kanker, bisa diketahui dini dan dokter bisa segera melakukan tindakan demi pulihnya pasien. Di sisi lain, orang yang sudah memiliki gejala seperti batuk yang tidak sembuh sudah lebih dua bulan, batuk disertai darah, penurunan berat badan, sesak napas, ditambah faktor risiko, disarankan melakukan pemeriksaan ke dokter untuk mendapatkan diagnosis dini.
Cek gejala awal
Menurut Kementerian Kesehatan, batuk, sesak napas, penurunan berat badan merupakan gejala awal kanker. Selain itu, pembengkakan pada muka atau leher, sakit kepala, sakit pada tulang, bahu, lengan atau tangan, kehilangan selera makan, suara menjadi serak, kesulitan menelan atau sakit saat menelan, serta perubahan pada bentuk jari, yaitu ujung jari menjadi cembung, juga menjadi gejala awal kanker paru.
Gejala ini muncul ketika perkembangan kanker telah mencapai tahap tertentu. Pada tahap awal, kanker paru tidak menunjukkan gejala apapun.
"Kalau ada gejala langsung konsultasikan ke dokter, apalagi juga ada faktor risiko. Lakukan deteksi dini, misalnya foto rontgen. Kalau ke dokter spesialis bisa dilakukan low dose CT-scan," pesan Eric.
Pilihan Editor: Hari Kanker Paru Sedunia, Dokter Ingatkan Bahaya Rokok