TEMPO.CO, Jakarta - Setelah berjam-jam duduk bekerja menatap layar komputer, leher pun terasa pegal dan kaku. Godaan untuk menggeretakkannya begitu besar karena akan membuat keadaannya lebih enak dan sedikit menghilangkan pegal.
Orang biasa melakukannya dengan cara menyentakkan kepala miring ke kiri dan kanan atau ke depan dan belakang. Namun, dokter ternyata tak menganjurkan hal tersebut karena bisa menyebabkan sesuatu yang lebih parah atau fatal.
Lewat akun TikToknya, dokter Ever Arias membagi pengalamannya menghadapi pasien berusia 20 tahun yang masuk instalasi gawat darurat setelah berusaha menghentakkan leher. Ketika perempuan muda itu akan melakukannya untuk kedua kali, ia mendengar suara seperti sesuatu yang tertarik dan merasakan sakit yang luar biasa. Ternyata ada bagian tulang lehernya yang retak.
"Sebabnya dia terlalu sering menarik lehernya dan menyebabkan fraktur kompresi itu," jelas Arias, dikutip dari Express.
Waspada pembuluh darah
Sekali tulang leher patah, perawatannya tergantung pada tingkat keparahan. American Academy of Orthopedic Surgeons menjelaskan pasien harus menggunakan penyangga leher selama 6-8 minggu dan leher sulit bergerak selama berbulan-bulan. Dan patah tulang leher bukan satu-satunya bahaya.
Arias berkisah ada seorang pria yang berobat ke chiropractor dan mendapati pembuluh darah di lehernya mengalami kerusakan. Berangkat dari pengalaman tersebut, ia meminta orang untuk tak sembarangan menghentakkan leher.
Pilihan Editor: Patah Tulang Leher, Mengenali Risiko Cedera Itu