TEMPO.CO, Jakarta - Miom atau fibroid adalah benjolan yang umum terjadi pada dinding rahim wanita. Ketika seorang wanita hamil, pertanyaan yang sering muncul adalah apakah miom dapat berdampak pada kehamilan dan apa yang harus dilakukan jika miom terdeteksi.
Apakah Miom Berbahaya bagi Kehamilan?
Sebagian besar wanita dengan miom dapat memiliki kehamilan yang sehat tanpa komplikasi. Namun, beberapa faktor memengaruhi apakah miom akan berdampak pada kehamilan, termasuk ukuran dan lokasi miom.
Dilansir dari Healthline, miom yang besar atau yang tumbuh di dekat rongga rahim dapat menyebabkan kondisi seperti di bawah ini.
- Keguguran: Penelitian mencatat bahwa peluang mengalami keguguran menjadi dua kali lipat pada wanita dengan fibroid.
- Persalinan prematur. Rasa sakit akibat fibroid dapat menyebabkan kontraksi rahim, yang dapat mengakibatkan persalinan yang terlalu dini.
- Pendarahan Saat Persalinan: Miom dapat meningkatkan risiko pendarahan saat persalinan atau setelahnya.
- Keterbatasan pertumbuhan janin: Fibroid yang besar dapat mencegah pertumbuhan janin secara penuh karena ruang di dalam rahim menjadi berkurang.
- Ablasi plasenta: Ini terjadi ketika plasenta terlepas dari dinding rahim karena terhalang oleh fibroid. Hal ini mengurangi pasokan oksigen dan nutrisi yang penting.
- Persalinan melalui operasi caesar: Wanita dengan fibroid memiliki enam kali lebih banyak kemungkinan untuk menjalani persalinan melalui operasi caesar (C-section) dibandingkan dengan wanita yang tidak memiliki pertumbuhan ini.
- Posisi sungsang: Karena bentuk rongga rahim yang tidak normal, bayi mungkin tidak dapat melintang untuk persalinan pervaginam.
Namun, sebagian besar wanita dengan miom melahirkan bayi yang sehat tanpa masalah. Penting untuk berbicara dengan dokter kandungan Anda jika Anda memiliki miom dan merencanakan kehamilan atau jika Anda sedang hamil. Dokter akan melakukan evaluasi untuk memantau ukuran dan lokasi miom serta memutuskan apakah tindakan medis diperlukan.
Bagaimana Perawatannya?
Pilihan perawatan untuk miom selama kehamilan bervariasi tergantung pada sejumlah faktor, termasuk ukuran, jumlah, dan lokasi miom, serta gejala yang dialami. Untuk pasien yang tidak sedang hamil, prosedur pengobatan fibroid umumnya aman dan efektif.
Pasien dapat menunggu setidaknya enam bulan setelah persalinan untuk melakukan prosedur pengobatan karena rahim akan mengecil selama periode pascapersalinan. Setelah tubuh pulih, pasien dapat menilai sejauh mana fibroid memengaruhi kehidupan sehari-hari. Selain itu, operasi pengangkatan fibroid membutuhkan pemulihan, yang dapat menambah stres pada ibu baru.
Obstetri atau ginekolog dapat membantu Anda memilih pengobatan fibroid terbaik berdasarkan gejala dan tujuan penderitanya. Disadur dari UT South Western Medical Center, pilihan pengobatan mencakup:
1. Obat
Untuk mengelola gejala atau mengecilkan fibroid.
2. Miomektomi
Pengangkatan fibroid dengan pemulihan sekitar empat hingga enam minggu.
3. Embolisasi Fibroid Uterin
Menyusutkan fibroid dengan pemotongan pasokan darah.
4. Ablasi Radiofrekuensi
Mengurangi ukuran fibroid dengan teknik minim invasif.
5. Histerektomi
Pengangkatan rahim jika Anda tidak ingin hamil lagi dan fibroid mengganggu kehidupan sehari-hari Anda. Pemulihan sekitar enam minggu.
Penting untuk berkonsultasi dengan dokter kandungan yang berpengalaman dalam mengelola kehamilan dengan miom. Mereka dapat membantu Anda memahami risiko dan manfaat dari setiap pilihan perawatan dan merancang rencana perawatan yang sesuai dengan situasi Anda.
Dalam banyak kasus, wanita dengan miom dapat mengalami kehamilan yang sehat dengan pemantauan dan perawatan yang tepat. Bagi yang merencanakan kehamilan atau sedang hamil, tanyakan pada petugas medis untuk mendapatkan panduan yang tepat sesuai dengan kondisi Anda.
Pilihan Editor: Mengenal Miom: Penyebab, Gejala, dan Bahayanya