TEMPO.CO, Jakarta - Otak terhubung untuk mendengarkan dan merespons. Kita dapat mengajari otak kita mendengarkan untuk memahami. Mendengarkan sendiri merupakan elemen komunikasi sehat yang penting, tetapi terkadang diabaikan. Padahal menjadi pendengar yang baik akan melanggenggkan hubungan.
Hanya dengan mengubah cara kita mendengarkan, kita bisa mengubah cara percakapan kita, dikutip Psychology Today, pekan lalu.
Berdasarkan laman sama, bagian pertama dari komunikasi adalah berbicara. Hal ini mencakup apa yang kita katakan, cara kita mengatakan, dan waktu yang tepat untuk mengangkat suatu topik. Tapi bagian kedua dari komunitas dan bagain yang sering diabaikan ialah mendengarkan. Padahal untuk menjadi komunikator yang baik, Anda harus menjadi pendengar yang baik.
Jadi bagimana kita dapat mendengarkan secara efektif? Berikut tiga tips untuk membantu Anda mendengar secara efektif, dilansir Psychology Today.
1. Pastikan otak Anda siap untuk mendengarkan
Secara alami, otak kita sering membagi perhatian kita selama percakapan. Sebagian otak kita mendengarkan dan sebagian lagi memikirkan respons kita. Hal ini berfungsi dengan baik dalam beberapa situasi, seperti mengantisipasi pertanyaan yang mungkin diajukan pelayan ketika kita memesan makanan. Namun seringkali, kita mendengarkan dengan lebih baik saat kita mendengarkan dengan seluruh otak (dan ini terutama berlaku ketika terjadi ketegangan atau konflik).
Daripada mendengarkan orang lain dengan maksud memberikan tanggapan atau sanggahan terhadap argumennya, mendengarkan untuk memastikan bahwa kita mamahami pokok-pokok yang diucapkan orang lain bisa sepenuhnya mengubah dinamika percakapan.
2. Periksa kembali untuk memastikan Anda melakukannya dengan benar
Hanya karena kita mendengarkan sepenuhnya, bukan berarti kita akan selalu melakukannya dengan benar. Itu karena otak kita mendengarkan dan menyaring pemahaman kita melalui pengalaman kita sendiri. Artinya, kata-kata yang sama dapat mempunyai arti berbeda berdasarkan cara otak kita mengatributkan nada, pengalaman masa lalu, dan ekspektasi terhadap apa yang diucapkan.
Misalnya saja kalimat "Saya baik-baik saja". Terkadang saat orang mengatakan mereka baik-baik saja, Anda mempercayai mereka. Yang mana mereka mungkin memiliki nada positif atau Anda melakukan interaksi positif sehingga ketika mereka mengatakan mereka baik-baik saja, otak Anda memutuskan untuk percaya bahwa mereka baik-baik saja.
Namun jika Anda baru saja bertengkar dengan orang tersebut atau nada bicaranya yang kasar, mungkin akan terdengar seperti "Saya tidak baik-baik saja" di otak Anda. Itulah sebabnya penting untuk memeriksa guna memastikan bahwa otak Anda menafsirkan informasi dengan benar. Anda mungkin dapat bertanya "Saya mendengar Anda mengatakan bahwa Anda baik-baik saja, tetapi saya juga mendengar Anda terdengar agak kesel. Apakah itu benar?".
Dengan memverifikasi bahwa Anda mendengar dan menafsirkan dengan benar, Anda memberi kesempatan kepada lawan bicara Anda untuk mengoreksi informasi apapun yang mungkin Anda salah pahami. Ini juga seringkali bisa mencegah banyak ketegangan yang timbul dari kesalahpahaman.
3. Ajukan pertanyaan untuk memperdalam pemahaman Anda
Penting untuk mengajukan pertanyaan demi membantu Anda memahami sudut pandang orang lain. Ini tidak berarti bahwa Anda harus selalu setuju dengan semua yang mereka katakan. Tapi itu memberi Anda kesempatan untuk sepenuhnya memahami perspektif mereka, alih-alih langsung memberikan informasi untuk mendukung sisi percakapan Anda.
Hal tersebut membantu memastikan Anda benar-benar memahami kebutuhan mereka, serta menunjukkan kepada lawan bicara Anda bahwa apa yang mereka katakan penting bagi Anda. Pada gilirannya, hal ini seringkali membuat mereka merasa siap untuk mendengarkan Anda dan apa yang ingin Anda katakan.
Itulah tips untuk berperan sebagai pendengar yang baik. Kiat-kiat ini bisa membantu mengubah hubungan Anda dan memperdalam hubungan Anda, baik dengan pasangan, teman dekat, atau bahkan di tempat kerja.
Pilihan editor: Mengenal Istilah Deep Talk dan Manfaatnya