TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah terus berupaya menanggulangi dan menekan kasus penyakit jantung di Indonesia dengan meningkatkan kapasitas layanan kesehatan serta mengajak masyarakat untuk melakukan deteksi dini dan menjalankan pola hidup sehat. Apalagi kasus penyakit jantung di negeri ini terus naik.
Data Kementerian Kesehatan berdasarkan kasus yang dibiayai BPJS per 25 September 2023, kasus penyakit jantung di Indonesia terus mengalami peningkatan. Pada 2018, ada 9,4 juta kasus dan naik menjadi 10,3 juta di tahun berikut. Pada 2020, kasus turun menjadi 8,3 juta tapi kembali naik pada 2021 menjadi 12,9 juta dan melonjak jadi 15,5 juta pada 2022.
"Keberhasilan pencegahan dan pengendalian penyakit jantung harus kita lakukan secara komprehensif dan berkesinambungan, melalui kerjasama lintas program dan sektor serta masyarakat untuk bisa mencapai jantung sehat," ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes, Eva Susanti.
Berbagai upaya dilakukan Kemenkes untuk melakukan penanggulangan, di antaranya:
-Melakukan pemerataan akses dan mutu pelayanan untuk jantung di berbagai daerah di Indonesia.
-Menyediakan 40 rumah sakit dengan layanan kateterisasi jantung dan 10 RS yang melakukan bedah jantung.
-Memperluas paket manfaat Jaminan Kesejahteraan Nasional (JKN) untuk skrining 14 penyakit prioritas, termasuk jantung.
-Memperluas rehabilitasi untuk meningkatkan kesehatan pasien setelah menjalani tindakan intervensi.
-Meningkatkan identifikasi faktor risiko melalui deteksi dini gratis untuk 140 juta orang.
-Melakukan edukasi dan promosi untuk mengubah perilaku masyarakat menjadi lebih sehat.
Sementara imbauan untuk masyarakat adalah:
-Cek kesehatan secara rutin minimal sekali setahun.
-Lakukan aktivitas fisik minimal 30 menit sehari.
-Istirahat yang cukup dan berkualitas.
-Hindari asap rokok dan terapkan kawasan tanpa asap rokok.
-Diet sehat dengan kalori seimbang.
-Kelola stres dengan baik.
Pilihan Editor: 3 Faktor Risiko Pemicu Penyakit Jantung, Apa yang Bisa Diubah dan Tidak?
