TEMPO.CO, Jakarta - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyatakan anak-anak dan remaja termasuk dalam kelompok yang rentan mengalami gangguan mental. Menurut Kepala Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi Organisasi Riset Kesehatan BRIN, Wahyu Pudji Nugraheni, kecemasan, depresi, dan gangguan mental menjadi sejumlah contoh bentuk gangguan mental yang rentan diderita anak-anak dan remaja.
"Perubahan fisik dan hormon, tekanan akademis, serta masalah sosial dan identitas itu bisa berpengaruh terhadap gangguan kesehatan mental," kata Pudji di Jakarta, Selasa, 10 Oktober 2023.
Ia mengatakan secara keseluruhan kondisi mental dipengaruhi genetik, lingkungan, sosial, ekonomi, serta kondisi biologis. Selain anak-anak dan remaja, Pudji menyebut tujuh kelompok lain yang rentan terserang gangguan mental, yakni orang dengan riwayat keluarga yang secara genetik punya gangguan mental, penderita penyakit kronis, serta pemilik riwayat trauma dan pelecehan. Kemudian, orang dengan masalah keuangan dan sosial, pemilik riwayat penyalahgunaan obat-obatan, kelompok minoritas, serta penderita stres kronis.
"Stres kronis bisa diakibatkan tekanan pekerjaan yang berkepanjangan, konflik keluarga, dan perubahan hidup yang signifikan," paparnya.
Pentingnya peran keluarga
Pudji menambahkan keluarga berperan penting dalam pencegahan maupun pemulihan penderita gangguan mental. Pasalnya, dukungan emosional menjadi aspek penting lain dalam proses tersebut, terutama untuk mengurangi stigma negatif bagi penderita gangguan mental.
"Keluarga harus memberikan dukungan emosional, itu aspek terpenting dalam pemulihan, mencakup bisa dengan bersabar, memberikan cinta kasih, dan menunjukkan kepedulian terhadap penderita," katanya.
Selain itu, ia mengatakan untuk memulihkan kondisi mental, keluarga juga perlu mengajak penderita mau dirawat pihak profesional. Menurutnya, ini bertujuan agar pengobatan yang diberikan lebih terukur.
"Orang yang sakit mental itu tidak perlu dibawa ke dukun tapi harus diobati medis karena memang harusnya seperti itu diobati secara profesional, karena medis itu terukur," tegasnya.
Pilihan Editor: Jangan Biarkan Anak Alami Gangguan Mental karena Kecanduan Gawai