TEMPO.CO, Jakarta - Misofonia adalah gangguan kompleks yang memicu berkurangnya toleransi pada suara-suara tertentu atau stimuli terkait suara itu. Kondisi ini mulai dikenal di awal 2000 dan sebuah survei di awal 2023 menemukan hasil 11 persen orang sudah memahami kondisi ini.
Suara seperti orang makan perme karet, menyeruput minuman, mengendus, atau bernapas berat adalah pemicu umum. Begitu juga menjentikkan jari, mengetuk-ngetuk sesuatu, atau bunyi berepetisi lain dari objek seperti jam. Reaksi pemicu sering intens, penderita merasa terjebak dan panik, sampai ingin muntah atau merasa jijik.
Suara pemicu sering terasa sangat mengganggu. Semakin banyak orang yang mengabaikan, semakin merasa terisolasi penderita.
"Orang tanpa misofonia sulit memahaminya karena juga tak menyukai suara-suara seperti itu. Bukan karena penderita misofonia tak suka bunyi itu tapi karena tubuh bereaksi seolah-olah suara itu membahayakan atau mengancam," jelas Jane Gregory, psikolog klinis di Universitas Oxford, kepada USA Today.
Gregory sendiri mengalami kondisi ini sejak berusia 8 tahun. Mendengar orang makan, bernapas berat, dan suara berulang seperti jam bisa memicu misofonia.
"Suara repetitif itu seperti menyiksa saya," ungkap Gregory, penulis buku Sounds like Misophonia yang dirilis pada 14 November 2023.
Tak diketahui secara pasti seberapa umum kondisi ini. Sebuah survei pada 772 orang baru-baru ini di Inggris menemukan satu dari lima orang mengalaminya. Perlu penelitian lebih lanjut untuk memastikan apakah keparahan gangguan ini berkurang seiring usia atau orang yang lebih tua bisa lebih mengontrol paparan terhadap suara pemicu sehingga lebih mudah beradaptasi. Pada survei terhadap 483 pelajar di 2014 diketahui hampir 20 persen di antaranya mengalami gejala signifikan misofonia.
Apa penyebabnya?
Para peneliti belum tahu pasti apa penyebab orang mengalami misofonia atau adakah faktor keturunan, yang bisa muncul pada usia berapa pun. Menurut Gregory, beberapa orang terganggu dengan suara-suara tertentu sedangkan sebagian lain dipicu peristiwa traumatis.
Tak ada pengobatan buat kondisi ini tapi perawatan tertentu seperti terapi perilaku kognitif (CBT) atau mekanisme adaptasi lain bisa meringankan masalah, kata Gregory.
Pilihan Editor: Sensitif Mendengar Bunyi? Mungkin Anda Mengidap Misophonia