TEMPO.CO, Jakarta - Proses bernapas adalah suatu tindakan sederhana yang kita lakukan setiap hari tanpa terlalu banyak berpikir. Namun, tahukah Anda bahwa terdapat perbedaan signifikan antara bernapas dengan mulut dan hidung?
1. Bernapas Lewat Hidung
Baca juga:
Dikutip dari Healthline, hidung berperan sebagai penyaring alami udara. Rambut-rambut halus di dalam hidung membantu menyaring partikel debu dan kotoran, sementara lendir memblokir bakteri.
Selain itu, udara yang masuk melalui hidung dihangatkan, dilembapkan, dan diolah sebelum mencapai paru-paru.
Bernafas lewat hidung dapat membantu mengaktifkan sistem saraf tengah, yang berperan dalam penyeimbangan energi dan kestabilan emosional.
Proses bernapas melalui hidung mendukung pertukaran gas yang optimal di paru-paru, memastikan bahwa tubuh mendapatkan oksigen yang cukup untuk menjalankan fungsi-fungsi vitalnya.
2. Bernafas dengan Mulut
Seperti dilansir dari Medical News Today, bernafas lewat mulut cenderung menghasilkan pertukaran gas yang kurang efisien. Udara yang masuk melalui mulut tidak mengalami proses filtrasi dan pemanasan seperti yang terjadi saat bernafas lewat hidung.
Bernapas dengan mulut secara terus-menerus dapat meningkatkan risiko penyakit mulut, seperti karies gigi dan masalah gusi. Selain itu, dapat menyebabkan mulut kering yang mempengaruhi keseimbangan bakteri di dalam mulut.
Pernafasan berkepanjangan lewat mulut pada anak-anak dapat mempengaruhi perkembangan struktur wajah, seperti pertumbuhan rahang dan posisi lidah.
Kapan sebaiknya bernapas lewat hidung atau mulut?
Ketika melakukan aktivitas fisik intensif, kita cenderung bernapas dengan mulut untuk mendapatkan lebih banyak oksigen dengan cepat. Namun, ini sebaiknya terjadi dalam situasi tertentu dan bukan menjadi kebiasaan sehari-hari.
Saat istirahat atau dalam keadaan santai, disarankan untuk bernapas lewat hidung. Ini membantu tubuh menjaga ketenangan dan mendukung keseimbangan sistem saraf.
Pilihan editor: Bernapas Lewat Hidung Baik untuk Sistem Kardiovaskuler