TEMPO.CO, Jakarta - Pakar komunikasi dari Universitas Indonesia, Firman Kurniawan, memberi beberapa tips agar masyarakat tak terjebak hoaks yang semakin banyak memasuki masa kampanye Pemilihan Umum Serentak 2024. Salah satu kiat yang bisa dilakukan ialah menjaga emosi tetap stabil saat menghadapi informasi yang bernada sensasional atau berlebihan dan berpotensi hoaks.
"Hal paling utama adalah jangan emosional ketika menerima informasi yang diduga hoaks karena ketika masyarakat emosional kadang-kadang berakhir membuat pernyataan-pernyataan yang tidak perlu dan akhirnya merugikan," kata Firman.
Menurutnya, menjaga emosi perlu dilakukan untuk tetap menjaga pemikiran logis atau rasionalitas, baik saat menerima informasi bernada negatif maupun positif. Dengan demikian, masyarakat bisa mencerna informasi dengan lebih baik, netral, dan tidak membuat keputusan yang merugikan.
Setelah menjaga pola pikir dengan logis, masyarakat bisa melanjutkan ke tahapan selanjutnya, yaitu berpikiran kritis. Firman mengatakan ada baiknya mengasah pemikiran kritis saat ingin membagikan informasi yang diterima sehingga tidak menyebarkan berita bohong.
"Masyarakat ini perlu membentengi diri sendiri. Pertanyakan apakah sumber informasinya benar? Apakah sumbernya dapat dipercaya? Apakah ada media lain yang menyatakan hal sama? Pertanyaan-pertanyaan kritis ini membantu masyarakat tidak asal telan informasi," kata Firman.
Berikutnya yang perlu dilakukan agar tidak terjebak hoaks ialah mengkonfirmasi pertanyaan kritis seusai mendapatkan informasi. Firman menyebut masyarakat harus secara aktif mencari konfirmasi kebenaran informasi yang didapat. Apalagi saat ini hal itu bisa dilakukan dengan mudah mengingat di Indonesia cukup banyak gerakan masyarakat sipil yang menyediakan fasilitas cek fakta mengenai informasi yang beredar di ruang digital.
Cara mengecek hoaks
Dia mencontohkan fasilitas Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO) yang bisa diakses di berbagai media, mulai dari web hingga media sosial. Dari sisi pemerintah, Kementerian Kominfo juga menghadirkan kanal serupa untuk pengecekan fakta informasi lewat situs web cekhoaks.aduankonten.id. Dengan melakukan konfirmasi, selain mendapatkan kebenaran informasi, masyarakat bisa tidak akan sembarang membagikan berita palsu yang dapat merugikan lebih banyak pihak.
"Kewaspadaan itu perlu dibangun dengan memanfaatkan teknologi juga. Memang terkesan rumit namun hal itu perlu agar masyarakat dapat kejelasan dan aman sehingga tidak asal terima dan menyebarluaskan hoaks," paaprnya.
Pada masa awal kampanye, Kementerian Kominfo mencatat peningkatan signifikan temuan isu hoaks terkait Pemilu 2024. Peningkatan signifikan terlihat sejak September 2023, dari awalnya 13 menjadi 20 pada Oktober dan terakhir pada November ditemukan 39 hoaks tentang Pemilu.
Pilihan Editor: Usia Rentan Anak Muda Alami Gangguan Jiwa karena Media Sosial