TEMPO.CO, Jakarta - Kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) terhadap istri yang diikuti pembunuhan empat anak kandung di Jagakarsa, Jakarta Selatan, menggegerkan banyak orang hingga sulit berkata-kata. Bagaimana bisa suami dan ayah mampu melakukan perbuatan sedemikian keji?
Kejadian itu merupakan puncak gunung es tingginya angka KDRT yang selama ini jarang diproses hukum sampai tuntas sebab tergolong delik aduan karena korban enggan melapor atau pelapor sering mencabut laporan dan lebih memilih jalan damai. Menjadi korban KDRT kemungkinan besar bermula dari salah pilih pasangan akibat gagal mendeteksi potensi orang yang berbakat melakukan kekerasan.
Carilah orang yang memiliki keahlian mengelola emosi, kelembutan hati, dan empati tinggi. Untuk mendapatkan pasangan dengan kriteria itu, ada sejumlah indikasi yang bisa kita perhatikan.
Hubungan dengan ibu
Sedekat apa hubungannya dengan ibu. Lihat sikap dan perlakuannya terhadap perempuan yang melahirkannya, apakah cukup hormat, patuh, dan tawaduk. Laki-laki yang hormat terhadap ibu biasanya juga akan menghormati perempuan pendamping hidupnya.
Perlakuan pada yang lemah
Selain kepada sosok ibu, selidiki juga bagaimana ketika dia berjumpa lansia, penyandang disabilitas, warga miskin, dan golongan lemah lainnya. Apakah dia punya kemuliaan hati untuk berbagi, baik rezeki, perhatian, dan kasih sayang.
Kedekatan dengan anak-anak
Salah satu indikasi orang baik adalah gampang dikerumuni anak kecil karena anak-anak itu lugu, polos, dan belum berdosa sehingga mereka memiliki kepekaan dalam memilih orang baik hati sebagai tempat bermanja dan menjadikannya teman bermain.
Sayang binatang
Tak hanya kepada manusia, orang dengan ketulusan hati juga menyayangi satwa. Ia punya kekayaan hati yang tak habis dibagi kepada sesama, termasuk binatang pun memperoleh limpahan kasih sayangnya.
Etika di jalan raya
Poin ini untuk menguji kesabaran dan pengelolaan emosi. Perhatikan cara dia berkendara, menginjak dan melepas rem, berpindah gigi, membunyikan klakson, apakah cukup lembut dalam melakukan itu semua. Bagaimana cara dia menyalip mobil lain, memberi kesempatan pada orang yang hendak menyeberang, mengalah pada kendaraan kedaruratan (ambulans, damkar). Jalan raya dengan beragam tingkah orang dalam berlalu-lintas menyebabkan stres yang tinggi. Untuk mengukur seseorang tergolong temperamental atau tidak bisa diuji di jalan raya.
Empati tinggi
Banyak hal kecil tampak sepele tapi dapat dijadikan sarana untuk mengukur empati seseorang. Misalnya, bagaimana responsnya ketika melihat tanaman di sekitar rumah mulai kering dan layu, apakah dia bergegas mencari air dan menyiram untuk menolongnya dari kematian. Apa dia punya kepedulian saat melihat orang membakar sampah di dekat pohon hidup atau menancapkan paku di batang pohon. Jika berempati pada penderitaan tumbuhan, sudah pasti ia tidak akan tega menyakiti sesama, apalagi anggota keluarga.
Humoris
Pemilik selera humor yang baik biasanya menjalani hidup dengan santai dan lebih rileks, jauh dari ketegangan. Bila menjadi kepala keluarga, selera humornya dapat menularkan kegembiraan bagi anak istri.
Orang yang lulus dengan sejumlah penilaian di atas kecil kemungkinan mampu melakukan kekerasan. Kesampingkan pertimbangan terkait harta benda, rupa wajah, atau kedudukan sosial. Pilihlah orang penuh kasih untuk menjadi teman hidup yang menyenangkan.
Pilihan Editor: Saran Psikolog Jika Tahu Ada KDRT di Tetangga