TEMPO.CO, Jakarta - Seorang perempuan Amerika Serikat, Esther Hollander, bermasalah dengan berat badan berlebih sepanjang hidupnya. Tak banyak yang ia ketahui sebelumnya mengenai kondisi yang tak memperbolehkannya diet dan olahraga untuk menurunkan bobotnya.
Perempuan berusia 47 tahun itu menderita lipedema, penyakit jaringan penghubung di mana timbunan lemak yang tak normal terbentuk di bagian tubuh bawah, seperti pantat, paha, dan betis, menurut Cleveland Clinic. Kondisi ini dialami satu dari 72 ribu orang, kebanyakan wanita.
Penampilan penderita mirip orang obesitas sehingga suka salah diagnosa. Kondisi ini bisa terjadi kapan saja tapi biasanya setelah masa pubertas. Hollander sendiri awalnya mengalami obesitas dan baru tiga tahun terakhir berkembang menjadi lipedema.
"Saya tumbuh dengan masalah kepercayaan diri. Sepanjang hidup saya habiskan untuk berjuang dengan berat badan dengan harapan bisa menjadi lebih langsing agar bisa menjadi orang yang lebih baik dan lebih sukses," ujarnya, dikutip dari USA Today.
Macam perawatan
Ia mengakui sulitnya hidup di dunia yang masih gemar melontarkan body shaming, diksriminasi terhadap orang gemuk, stigma negatif termasuk terkait kesehatan, dan lapangan kerja yang masih banyak pilih-pilih penampilan fisik. Rata-rata berat badan Hollander di masa dewasa sekitar 150 kg.
Kondisi lipedema membuatnya semakin sulit bergerak, apalagi tak bisa diatasi dengan diet dan olahraga. Perawatan konservatif bisa dengan memakai stoking kompresif dan pelembab kulit. Bisa juga melalui operasi. Kaki yang membesar membuat orang sulit berjalan serta gampang terjatuh dan terluka.
Yang membuat Hollander jengkel karena rata-rata dokter yang ia kunjungi menyebutnya obesitas dan memintanya menurunkan berat badan tanpa berusaha mencari penyebabnya lebih dalam.
"Ini benar-benar kondisi medis dan bila mengalaminya, itu bukan kesalahan Anda," ujarnya.
Pilihan Editor: Baik buat Kesehatan dan Jantung, Bisakah Berenang Turunkan Berat Badan