TEMPO.CO, Jakarta - Cuaca panas tidak hanya mempengaruhi kulit, tapi juga kesehatan mental. Dikutip dari Koran Tempo, pada 14 September 2023, komunitas ilmuwan dari Goddard Institute of Space Studies (GISS) NASA merilis laporan, musim panas tahun ini menjadi yang terpanas di Bumi sejak pencatatan global dimulai pada 1880.
Risiko Cuaca Panas
Saat suhu berubah, ada upaya penyesuaian untuk menghadapi situasi tersebut, secara fisik maupun psikologis. Paparan panjang terhadap cuaca panas mempengaruhi kognisi, termasuk perubahan fungsi otak dan kelelahan mental. Suhu tinggi rentan mengganggu kualitas tidur. Cuaca panas memicu fluktuasi emosi yang mempengaruhi stres dan agresi. Dalam beberapa kasus, sulitnya mengelola emosi dan perilaku.
Dikutip dari laporan ilmiah Cognitive Functioning and Heat Strain: Performance Responses and Protective Strategies, kinerja fisik juga dipengaruhi cuaca panas. Banyak aktivitas memerlukan fungsi kognitif yang tinggi, terutama untuk pengambilan keputusan. Kondisi lingkungan yang panas rentan memperburuk fungsi kognitif.
Tingkat stres saat panas mempengaruhi kinerja kognitif dalam kondisi hipertermia. Adapun hipertermia, karena tubuh terlalu panas. Ini respons terhadap cuaca lembap dan panas berkepanjangan. Hipertermia muncul tersebab panas tubuh tidak bekerja secara efektif.
Adanya hubungan antara perkembangan hipertermia dan kinerja kognitif menyoroti suhu inti 38,5 derajat Celsius. Ini sebagai ambang batas potensial untuk kinerja kognitif negatif yang disebabkan oleh hipertermia.
Badan Meteorologi, Klimatologi,dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat untuk mewaspadai adanya potensi hujan dengan intensitas lebat dan suhu panas terjadi di sejumlah wilayah selama periode Natal 2023 dan Tahun Baru 2024. Dikutip dari situs web BMKG Jakarta, daerah dengan potensi hujan intensitas sedang hingga lebat pada periode 23 Desember 2023 sampai 1 Januari 2024.
Beberapa fenomena dinamika atmosfer, yakni sirkulasi angin di Laut Cina Selatan yang masih menghambat aliran massa udara basah dari Asia ke wilayah Indonesia. Kondisi ini diperkuat juga dengan adanya fase kering fenomena Madden Jullian Oscillation (MJO) di sebagian wilayah Indonesia sehingga memicu kurangnya tutupan awan pada siang.
Peristiwa itu mengakibatkan pada siang kondisi suhu cukup panas dan terik dengan kisaran suhu dapat mencapai 35 derajat sampai 37 derajat Celcius. “Hujan intensitas lebat dan potensi suhu panas terik masih dapat terjadi di sebagian wilayah Indonesia," kata Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto.
KORAN TEMPO | ANTARA
Pilihan Editor: BMKG Minta Masyarakat Waspada Potensi Hujan Lebat hingga Panas Terik