TEMPO.CO, Jakarta - Para peneliti dalam sebuah riset menemukan bahwa 9 dari 10 wanita di negara Singapura memiliki tingkat vitamin D yang rendah (serta vitamin B seperti folat, riboflavin, dan Vitamin B1), pada saat awal kehamilan.
Dilansir dari CNA awal pekan ini, banyak ibu hamil di Singapura kekurangan mikronutrien ini, yang penting untuk kesehatan tulang dan mendukung sistem kekebalan tubuh, serta berperan dalam kesehatan ibu dan bayinya yang belum lahir.
Penelitian ini merupakan kolaborasi antara universitas di tiga negara (Yong Loo Lin School of Medicine di National University of Singapore, University of Auckland dan University of Southampton), serta National University Hospital Singapura, dan Agency for Science, Teknologi dan Penelitian, dan Pusat Penelitian Biomedis Institut Penelitian Kesehatan dan Perawatan Nasional (NIHR) Inggris.
Wanita hamil biasanya kekurangan vitamin A, zat besi, dan folat karena meningkatnya kebutuhan nutrisi ibu dan bayi seperti yang dinyatakan oleh Organisasi Kesehatan Dunia. Namun, fenomena kekurangan vitamin D pada wanita hamil di Singapura mungkin mengejutkan. Vitamin D diproduksi di kulit saat terkena sinar matahari dan sinar matahari adalah sesuatu yang melimpah di Singapura.
Vitamin D memengaruhi proses ketika ovarium memproduksi sel telur dan melepaskannya untuk pembuahan. Vitamin D sangat diperlukan selama kehamilan untuk pertumbuhan tulang dan gigi janin, serta tumbuh kembang janin dalam rahim secara umum. Kecukupan vitamin D selama kehamilan juga menurunkan risiko berbagai komplikasi kehamilan seperti preeklampsia, diabetes gestasional, dan bayi kecil dalam rahim.
Wanita hamil biasanya telah mendapatkan Vitamin D, bersama dengan asam folat, kalsium dan zat besi, dari vitamin prenatal yang diresepkan dokter, takarannya 400 IU Vitamin D per tablet. HPB (Health Promotion Board) menyarankan wanita yang sedang hamil atau menyusui menerima 10 mcg atau 400 IU Vitamin D sehari,berbeda dengan tunjangan diet yang dianjurkan untuk wanita dan pria tidak hamil adalah 2,5 mcg atau 100 IU sehari.
Seperti yang dikutip dari Healhtline, secara umum sumber vitamin D bisa dibagi menjadi 2 kelompok besar. Kelompok pertama adalah dari tubuh kita sendiri. Vitamin D memiliki sifat yang unik karena ditemukan di dalam tubuh dan cenderung dianggap sebagai hormon. Agar vitamin ini aktif, dibutuhkan bantuan paparan sinar ultraviolet dari matahari selama setidaknya 15 menit. Itulah sebabnya jika ingin memelihara kesehatan tulang menaikkan imun, disarankan untuk berjemur secara rutin setiap pagi.
Kelompok kedua adalah sumber vitamin D yang berasal dari makanan. Ada beberapa jenis makanan yang kaya akan vitamin ini , seperti:
- Ikan berminyak, contohnya salmon, makarel, dan sarden
- Telur, susu, keju yoghurt dan produk olahan susu lainnya
- Susu kedelai
- Makanan olahan terfortifikasi, contohnya sereal sarapan, roti dan jus
Sumber makanan di atas mudah ditemukan di sekitar sehingga pemenuhan kebutuhan vitamin D melalui makanan seharusnya bisa dilakukan bahkan tanpa harus mengeluarkan biaya mahal.
Namun, selain wanita dalam masa kehamilan, orang-orang yang akan mendapatkan manfaat paling besar dari suplemen vitamin D termasuk:
- Orang yang tinggal di daerah dingin, mengalami musim dingin yang berkepanjangan, atau memiliki paparan sinar matahari yang terbatas sehingga tidak cukup banyak beraktivitas di luar ruangan untuk mendapatkan vitamin D3.
- Orang dengan kulit gelap, karena peningkatan kadar melanin di kulit mengurangi produksi alami vitamin D3.
- Orang dewasa yang lebih tua-kemampuan kulit kita untuk memproduksi vitamin D3 secara alami menurun seiring bertambahnya usia.
- Orang dengan kondisi medis atau menjalani operasi yang dapat memengaruhi penyerapan lemak, karena vitamin D adalah vitamin yang larut dalam lemak.
- Orang yang mengonsumsi pola makan nabati, karena sebagian besar sumber vitamin D berasal dari makanan hewani.
Pilihan editor: Risiko Kehamilan Setelah Usia 35 Tahun dan Perawatannya