TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis penyakit dalam di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, Prof. Dr. dr. Dyah Purnamasari mengingatkan untuk mewaspadai gejala khas dan tidak khas akibat diabetes.
"Gejala khas atau klasik yang perlu dikenali itu biasanya berat badan menurun tanpa penyebab jelas meski makannya tetap bagus atau teratur, tetapi berat badan menurun. Kemudian, banyak kencing di malam hari dan sering haus karena cairan dalam tubuh keluar lebih banyak," kata Dyah, Rabu, 10 Januari 2024.
Namun, ia menyebut gejala diabetes itu hanya dialami oleh 20 persen penderita diabetes atau sekitar 1-5 pasien sedangkan sisanya, sekitar 4-5 pasien tidak ada keluhan. "Lebih banyak pasien yang tidak ada keluhan. Jadi, meski gula darahnya sudah ada di angka 300- 400 tidak tahu kalau ada gejala diabetes," ujarnya.
Secara umum, kadar gula darah atau glukosa yang dianggap normal ada beberapa jenis, yakni glukosa saat puasa, pascamakan atau acak, kemudian parameter HbA1c atau hemoglobin yang terglikolilasi oleh gula darah dalam tubuh.
"Glukosa darah puasa normalnya kurang dari 100. Kalau glukosa sesudah makan normalnya di bawah 200. Yang disebut diabetes apabila gula darah puasa lebih atau sama dengan 126. Kalau di tengah-tengahnya, masyarakat mesti hati-hati, misalnya antara 101-126 sebaiknya sering periksa karena bisa jadi kemungkinan pradiabetes," ucapnya.
Kemudian, untuk gula darah setelah makan apabila di atas 200 dan sudah dilakukan dua kali pemeriksaan, artinya sudah diabetes. "Kadang-kadang pasien itu tidak percaya, mereka jalan-jalan lalu misalnya tiba-tiba ada pemeriksaan gratis glukometer, keluar hasil 250, dianggapnya biasa saja karena habis makan roti. Hati-hati, karena kalau normal meskipun habis makan roti, kadar glukosanya tetap tidak boleh di atas 200. Seringkali masyarakat masih denial," tuturnya.
Jangan takut diabetes
Ia berpesan masyarakat tak takut didiagnosis diabetes karena pasien diabetes bisa hidup normal sama seperti yang tidak diabetes selama terkontrol dengan baik. Sementara untuk gejala tidak klasik lebih banyak dialami oleh pasien, di antaranya mata kabur, yang salah satunya disebabkan retinopati diabetes, dan kesemutan di tangan atau kaki.
"Cirinya kalau kesemutan itu dimulai dari ujung kaki, kemudian naik ke atas dan biasanya setinggi pergelangan atau kaus kaki pada dua sisi. Bedanya kalau dengan stroke itu kesemutannya separuh badan. Keluhannya bervariasi, bisa kesemutan, kebas, baal, sampai nyeri seperti ditusuk-tusuk," paparnya.
Sedangkan keluhan lain pada perempuan yakni sering keputihan yang susah sembuh atau berulang. Pada laki-laki, salah satu gangguan tidak khas yakni ketidakmampuan ereksi.
Pilihan Editor: Gejala Diabetes yang Terdeteksi dari Mulut