TEMPO.CO, Jakarta - Mikroplastik, partikel kecil pecahan plastik yang telah terurai menjadi ancaman yang semakin nyata bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Dalam beberapa dekade terakhir, konsumsi dan pembuangan plastik telah meningkat menyebabkan jumlah mikroplastik yang tersebar luas di lingkungan, termasuk dalam air minum, makanan laut, dan udara yang kita hirup.
Dilansir dari pubs.acs.org, mikroplastik dapat memasuki tubuh manusia melalui berbagai cara, seperti dari mulut, sentuhan ke kulit, dan hirupan udara. Mikroplastik terkandung dalam kebutuhan sehari-hari seperti air minum, air kemasan, makanan laut, garam, gula, teh celup, susu, dan lain sebagainya. Berdasarkan konsumsi makanan, rata-rata mikroplastik ke dalam tubuh manusia mencapai 39.000–52.000 partikel pertahun.
Bahaya menelan mikroplastik bagi manusia tidak dapat diabaikan lagi, karena telah ditemukan bahwa partikel-partikel ini dapat meresap ke dalam jaringan tubuh manusia dan berpotensi menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk gangguan pada sistem reproduksi.
Bahaya mikroplastik terhadap sistem reproduksi manusia terdapat pada perkembangan sel germinal dan kualitas embrio. Dilansir dari Sciencedirect, suatu penelitian menunjukkan mikroplastik dapat menyebabkan efek buruk pada kehamilan. Selain itu, penelitian yang dilakukan kepada tikus menunjukkan paparan mikroplastik berdampak pada kualitas sperma.
Hasil dari penelitian tersebut, mikroplastik menyebabkan penurunan kualitas sperma dan kadar hormon testosteron setelah 28 hari. Selain itu, mikroplastik juga menyebabkan peradangan pada testis, gangguan penghalang darah-testis, dan susunan sel spermatogenik yang tidak normal yang menyebabkan disfungsi reproduksi pria.
Selain berdampak pada sistem reproduksi, mikroplastik juga berdampak pada kesehatan paru-paru. Data ilmiah menunjukkan bahwa mikroplastik dapat ditemukan dalam dahak dan jaringan paru manusia. Dikarenakan ukurannya yang sangat kecil, mikroplastik dapat dengan mudah menembus jauh ke dalam paru-paru.
Jika partikel asing tersebut berhasil masuk, terdapat lima mekanisme kerusakan yang dapat terjadi bahkan berpotensi menyebabkan peradangan paru-paru. Radang pada paru-paru atau sitotoksisitas mengakibatkan kerusakan pada zat atau sel dalam paru, serta disfungsi pada barier epitel yang bertugas sebagai pertahanan tubuh dari zat asing. Bahaya lainnya meliputi ketidakseimbangan redoks yang terkait dengan disproporsionasi oksidasi, serta kemungkinan efek sinergi dengan alergen umum.
Dikutip dari intechopen.com, paparan mikroplastik pada manusia juga dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan lainnya, seperti stres oksidatif, kerusakan DNA, dan kerusakan sel. Khususnya, ketika peradangan menjadi kronis, hal ini dapat menyebabkan masalah kesehatan yang sangat serius. Dalam uji laboratorium, mikroplastik terbukti menyebabkan reaksi alergi, kematian sel, kerusakan sel, dan memicu reaksi inflamasi dan kekebalan.
dengan ukuran kurang dari satu mikrometer. Mereka berasal dari berbagai sumber, termasuk pecahan plastik, serat sintetis dari pakaian, dan bahkan partikel plastik yang digunakan dalam produk kosmetik.
Hasil penelitian menunjukkan, mikroplastik tersebar luas di lingkungan, mulai dari laut dalam hingga puncak gunung. Benda ini telah ditemukan dalam makanan, air minum, dan bahkan dalam kotoran manusia. Mikroplastik berasal dari berbagai sumber seperti pecahan plastik yang terurai oleh radiasi unltaviolet, perubahan suhu, dan tekanan fisik di lingkungan.
Selain itu, serat sintetis pakaian dari mesin cuci, juga menjadi salah satu sumber mikroplastik yang signifikan. Produk-produk kosmetik yang mengandung mikroplastik, seperti scrub wajah, juga turut menyumbang polusi.
Penelitian dari National Library of Medicine menyebutkan, mikroplastik telah terdeteksi dalam makanan yang dikonsumsi oleh manusia atau di udara. Oleh karena itu, mereka dapat memengaruhi kesehatan manusia melalui konsumsi makanan atau inhalasi.
Mikroplastik yang tertelan atau terhirup dapat mengakumulasi dalam tubuh dan memicu respons kekebalan atau menyebabkan toksisitas partikel lokal. Selain itu, paparan kronis dapat menyebabkan masalah lebih lanjut melalui penumpukan di dalam tubuh.
Namun, hingga saat ini, belum ada bukti definitif yang dilaporkan mengenai tingkat paparan, karena jumlah penelitian tentang dosis paparan masih terbatas. Oleh karena itu, penting untuk mengevaluasi tingkat paparan ambang batas dan beban mikroplastik yang memengaruhi kesehatan manusia di masa depan.
SUKMA KANTHI NURANI | YAYUK WIDIYARTI
Pilihan Editor: Mikroplastik di Antartika Dianalisis Gunakan Ilmu Nuklir, Kaji Kotoran Penguin