TEMPO.CO, Jakarta - Pusat kebugaran adalah pilihan banyak orang untuk berolahraga. Apapun bisa dilakukan, dari sekedar membakar kalori sampai meningkatkan kesehatan jantung, dari berlari di treadmill, bersepeda statis, sampai senam aerobik dan zumba, dan hampir semuanya diiringi suara musik yang keras.
Pakar audiologi mengingatkan dampak suara keras pada pendengaran, baik musik maupun teriakan instruktur, di pusat kebugaran atau kelas senam. Kelas olahraga sering menyetel musik dengan volume 85-90 desibel selama satu jam, dan hal itu melewati anjuran volume dari National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) Amerika Serikat.
Level suara yang aman sendiri tergantung pada luasnya ruangan dan jumlah hadirin, kata Sabrina Lee, audiolog di HearUSA di New York. "Suara di bawah 70 desibel dianggap aman untuk periode waktu tertentu. Artinya, jika level suaranya konstan seperti itu, Anda bisa mengikuti dua kelas berturut-turut tanpa khawatir soal pendengaran," katanya kepada Fox News Digital.
Level yang dianjurkan
Level suara tak boleh melebihi 85 desibel dalam satu jam, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), atau sama dengan durasi satu kelas kebugaran. "Untuk kelas kebugaran, yang aman level suara 85 desibel atau lebih rendah," tambah Lee.
Masalahnya, banyak kelas kebugaran yang menyetel musik dengan level suara lebih dari itu. Kelas seperti zumba, kardio, atau grup kebugaran sering diiringi musik dengan level di atas 90 desibel.
"Alasannya, semakin keras suara semakin menambah semangat peserta dan semakin intens gerakan yang dilakukan. Memang benar, riset menunjukkan musik bisa membantu saat berolahraga dan memotivasi kita agar bergerak lebih intens," ujar Lee.
Ada beberapa tanda suara keras telah mengganggu pendengaran. Contohnya suara berdenging dan mendesis di telinga. Gejala tersebut biasanya akan hilang dengan sendirinya. Tapi jika sering terpapar suara keras, efeknya bisa permanen.
"Jika merasa bingung di tengah percakapan kelompok, meminta orang untuk mengulangi ucapannya, atau merasa butuh menambah volume di headphone atau pengeras suara agar bisa mendengar dengan jelas, Anda mungkin telah mengalami tahap awal kehilangan pendengaran," ungkap Lee.
Tanda lainnya adalah suara berdenging di telinga atau dikenal sebagai tinitus. Siapa pun yang mengalami hal ini sebaiknya memeriksakan diri ke pakar seperti audiolog atau spesialis THT untuk mendapat diagnosa dan penyebabnya.
Pilihan Editor: Bukan Sedang Ada yang Membicarakan, Ini Penyebab Telinga Berdenging