TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis akupunktur Aswadi Ibrahim mengatakan pengobatan ini dapat menjadi sarana alternatif untuk menurunkan risiko hipoglikemia yang menjadi faktor utama diabetes.
“Misalnya obesitas menangani nafsu makan, lemak, lambung, yang menjadi faktor risiko hiperglikemi,” katanya dalam diskusi mengenai akupunktur sebagai terapi komplementari diabetes, Minggu, 26 Mei 2024.
Ia mengatakan jika faktor risiko lebih dini dieliminasi maka akan semakin mudah mengobati diabetes dibanding ketika sudah mengalami komplikasi. Akupunktur bisa dimanfaatkan mengontrol nafsu makan, menurunkan berat badan, atau menahan agar tidak cepat lapar.
Dokter di RS Primaya Makassar ini mengatakan hiperglikemia tidak terjadi karena gula darah yang naik karena banyak faktor risiko yang meilbatkan kontribusi berbagai organ. Hiperglikemia bisa terjadi karena otak memerintahkan nafsu makan naik dan aktivitas simpatis yang berhubungan dengan psikis seperti tekanan atau stres.
“Sebenarnya ini bisa di kontrol. Gula darah tinggi pencetus diabetes bisa dicegah tapi kebanyakan orang tidak menyadari bahwa simpatis kita sangat tinggi sedangkan dopaminnya rendah. Ini yang mungkin mudah untuk cemas stres,” jelasnya.
Saat gula darah naik, penyerapan glukosa di lambung menjadi tinggi. Lalu ada hormon inkretin yang dilepaskan ketika makan untuk memicu tubuh mengeluarkan insulin. Namun pada orang dengan hiperglikemia hormon tersebut tidak bekerja baik sehingga produksi insulin akan berkurang untuk menurunkan gula darah.
Resistensi insulin inilah yang dapat membuat gula dalam darah tidak bisa terserap otot dan gula menjadi tinggi. Glukosa membuat lemak menjadi bebas dan menyebabkan terjadinya hipolistis. Dengan akupunktur, hal tersebut dapat dicegah. Namun modalitas akupunktur tidak bisa berdiri sendiri.
Perhatikan kombinasinya
Akupunktur merupakan sekelompok pengobatan yang di dalamnya termasuk juga herbal, pengaturan pola makan, latihan fisik, dan pijat. Penggabungan akupunktur dan herbal juga tidak membuat gula darah penderita diabetes menjadi turun secara drastis hingga menyebabkan hipoglikemia sehingga aman untuk di kombinasikan.
Aswadi mengatakan akupunktur hanya memberikan stimulasi ke tubuh dan tubuh akan memberikan sinyal kembali, makanan akan lambat diserap sehingga kenaikan gula darah tidak akan terlalu cepat. Ia menjelaskan menambah akupunktur bagi penderita diabetes yang mendapat terapi farmakologi atau pengobatan konvensional dapat berkontribusi pada peningkatan kontrol glikemik dan optimalisasi dosis farmakologis sehingga dosis pengobatan dapat diturunkan.
“Akupunktur adalah pengobatan nonfarmakologi. Di sini juga akan meregulasi emosional terapi juga psikis, sehingga ada perbaikan kondisi diabetes bisa lebih baik, ketika akupuntur dilakukan bersama herbal tidak menurunkan gula darah orang diabetes sama sekali secara tiba-tiba, jadi aman,” tambahnya.
Pilihan Editor: Saran buat Pasien Stroke yang Ingin Terapi Akupunktur