TEMPO.CO, Jakarta - Masyarakat diminta mengenali bahaya tuberkulosis atau TBC yang disebabkan infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Ketua Tim TB DOTS Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Soetomo Surabaya, Dr. Tutik Kusmiati, SpP(K), mengatakan bakteri ini lebih menyukai tempat di dalam tubuh yang tinggi kandungan oksigen seperti bagian atas paru-paru.
"Bakteri ini bisa bertahan di tempat gelap dan lembap. Kalau imunitas kita bisa mengendalikan, ini yang disebut TBC laten, kumannya tidur,” kata Ketua KOPI TB Surabaya itu saat menjadi pemateri Wawasan Series: Merdeka dari TBC di Surabaya, Kamis, 29 Agustus 2024.
Baca juga:
Bakteri TBC juga dapat menginfeksi bagian tubuh lain seperti usus, otak, tulang, bahkan kelenjar manusia. Dia menjelaskan saat imunitas tubuh lemah, bakteri bisa menyebar dan menginfeksi.
Pengidap TBC laten tidak mengalami keluhan. Di negara endemik tinggi seperti Indonesia, kondisi ini bisa saja terjadi. Untuk mengetahui apakah mengidap TBC laten, perlu dilakukan foto rontgen, tes mantoux, juga bisa dengan tes IGRA.
"Kalau hasilnya positif, bisa dicegah supaya bakterinya tidak bangun dengan terapi pencegahan," tutur Tutik.
Baca juga:
Pada pasien TBC yang sudah sakit, penularan terjadi melalui droplet sehingga orang lain yang menjadi kontak erat sangat berisiko. "Penularan tergantung seberapa sering pasien batuk. Semakin kuat tenaganya saat bersin, droplet semakin banyak. Karena itu, pasien wajib menggunakan masker. Buka pintu rumah agar ada sinar matahari masuk dan terjadi pertukaran udara," saran Tutik.
Satu orang yang positif TBC bisa menularkan ke 10-15 orang di sekitar. Dari orang yang tertular, 5-10 persen yang sakit. Sisanya menjadi TBC laten. Pengidap TBC laten ini suatu saat juga bisa sakit. Jadi, tidak benar kalau TBC ini penyakit keturunan, melainkan penyakit menular.
Kenali gejalanya
Gejala TBC paru adalah batuk berdahak 2-3 minggu dan dahak bercampur darah, juga mengalami gejala sistemik seperti demam, nafsu makan turun, keringat malam hari, setelah mandi juga berkeringat.
"Dahaknya harus diperiksa untuk membuktikan TBC-nya positif atau tidak, resisten obat atau tidak. Kalau negatif bukan berarti tidak TBC, harus foto rontgen melihat kondisi paru-paru," ucapnya.
Kondisi paru-paru yang terinfeksi TBC berlubang-lubang, ada juga yang ada airnya. Ini yang biasa disebut masyarakat awam sebagai paru-paru basah. Sementara pada TBC usus, pasien biasanya mengalami diare kronis. TBC tulang harus dibedah, dan pengidap TBC kelenjar biasanya mengalami pembengkakan pada kelenjar.
Pasien TBC harus patuh minum obat. Kalau tidak bisa resisten. Pasien resisten harus minum obat sampai 15 butir selama 18-24 bulan. Sedangkan pasien yang belum resisten hanya enam bulan bisa sembuh. Biasanya, pasien lebih patuh dengan mantan pasien daripada dengan dokter. Hal inilah yang membuat keberadaan pendamping pasien minum obat penting.
Pilihan Editor: Guru Besar FKUI Ungkap Kelumpuhan TBC Tulang Tak Sama dengan Polio