Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Berjuang Sembuh dari TBC saat Hamil

Reporter

Editor

Mitra Tarigan

image-gnews
Ilustrasi Tuberkulosis atau TBC. Shutterstock
Ilustrasi Tuberkulosis atau TBC. Shutterstock
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Jumayati masih ingat pengalaman dia berjuang sembuh dari penyakit tuberkulosis, alias TBC. Bukan sekali, dua kali, namun ia sudah tiga kali berperang melawan penyakit mematikan itu. 

Wanita kelahiran Desember 1977 ini pertama kali terjangkit TBC pada 1999. Kala itu, warga Bekasi ini masih menjadi pegawai di sebuah perusahaan di Cikarang, Kabupaten Bekasi. "Aku ketahuan TBC SO saat perusahaan melakukan cek kesehatan pada pegawai," katanya saat dihubungi Tempo pada 11 Agustus 2024. 

Tuberkulosis atau TBC adalah penyakit menular akibat infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. TBC umumnya menyerang paru-paru, tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lain, seperti ginjal, tulang belakang, dan otak. 

TBC sendiri dibagi menjadi 2 jenis, yaitu TBC Sensitif Obat (SO) dan TBC Resisten Obat (RO). TBC SO adalah TBC yang biasanya menyerang paru-paru, namun bisa juga menyerang organ tubuh lain. Sementara TBC RO adalah TBC paru dan TBC ekstra paru yang telah kebal atau resisten terhadap obat pada lini pertama atau obat TBC SO sebelumnya. Yang menjadi pembeda antara kedua jenis TBC ini adalah lama pengobatannya, TBC SO bisa antara 6-12 bulan sementara TBC RO antara 6-24 bulan ternagunt resisten obat yang dialami. 

Jumayati tidak tahu dari mana ia tertular penyakit itu. Namun ia terus mengikuti proses pengobatannya. Ia sendiri dinyatakan sembuh oleh dokter dari kantornya 6 bulan setelah meminum obat secara teratur. "Tapi aku tidak disuruh rontgen waktu itu. Pokoknya sudah sembuh karena sudah minum obat 6 bulan," katanya. 

Ilustrasi Tuberkulosis atau TBC. Shutterstock

Jumayati mengira, ia sudah selesai 'berinteraksi' dengan penyakit tersebut. Namun ternyata ia salah. Jumayati harus kembali menjalani pengobatan TBC pada 2012. Kali ini, ia terkena TBC RO. Jumlah obat yang dia harus telan kali ini lebih banyak disbanding saat terkena TBC SO. 

Wanita yang sudah berhenti dari kantornya di Cikarang ini, pun perlu mendapatkan pengobatan suntik setiap hari di rumah sakit besar. "Totalnya aku dapat 60 kali suntikan dalam 2 bulan. Tapi aku minum obat sampai 9 bulan lamanya," kata Jumayati yang sudah dinyatakan sembuh juga oleh dokter pada penularan TBC untuk yang kedua kalinya.

Ia mengira, ia sudah aman beraktivitas dan tidak perlu menghiraukan 'kedatangan' penyakit TBC lagi. Namun ia salah. Jumayati harus kembali 'berperang melawan TBC pada 2016. Parahnya lagi, kala itu, Jumayati sedang mengandung 3 bulan. "(TBC) Saya kambuh lagi saat saya hamil. Kali ini lebih parah karena saya sampai alami batuk berdarah," kata Jumayati. 

Ilustrasi Tuberkulosis atau TBC. Shutterstock

Masih jelas ingatan Jumayati ketika batuk berdarah di wastafel rumah sakit. Kala itu, ia berniat sedang memeriksakan kandungannya. Namun gatel di tenggorokan akibat batuknya tidak tertahan hingga yang keluar dari tenggorokannya, bukan dahak namun darah. "Darah yang keluar saat batuk tidak hanya darah, tapi seperti ada daging yang keluar juga. Saya saja ngeri melihatnya," kata Jumayati.

Warna merah pekat memenuhi wastafel rumah sakit. Jumlahnya pun banyak. "Saya sudah nyaris pingsan, dan akhirnya dilarikan ke Instalasi Gawat Darurat (IGD)," kata Jumayati yang akhirnya dirawat selama sepekan akibat insiden itu.

Selain batuk berdarah, Jumayati juga merasakan sesak di dada. Saat itu, dokter menyarankan wanita yang berdomisili di Kota Bekasi ini untuk berobat ke RS Persahabatan, Jakarta. Kepada dokter, ia mengadu soal kekhawatirannya terhadap dampak TBC ke janinnya. "Tidak mudah ikuti pengobatan TBC saat sedang mengandung, tapi sebenarnya bisa tetap dilakukan," kata Jumayati. 

Sebelum mengikuti pengobatan TBC RO kali ini, Jumayati harus diperiksa mata, telinga, darah dan hampir seluruh tubuhnya. Saat diminta rontgen pun Jumayati, harus 'nebeng' ke rumah sakit yang memiliki alat rontgen khusus untuk ibu hamil. "Hal ini beda dengan TBC SO dulu. Untuk memulai pengobatan di TBC SO, saya hanya diperiksa dahak dan rontgen paru saja," kata Jumayati. 

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kenali Gejala TBC Laten, Bahaya, dan Penanganannya

19 hari lalu

Ilustrasi Tuberkulosis atau TBC. Shutterstock
Kenali Gejala TBC Laten, Bahaya, dan Penanganannya

Spesialis paru menjelaskan beragam gejala TBC yang perlu dikenali dan jangan dibiarkan karena berbahaya dan bisa menular ke banyak orang.


BRIN Kembangkan DECY-13 untuk Diagnosis Penyakit Kanker dan TBC

34 hari lalu

Development of Experimental Cyclotron in Yogyakarta atau DECY-13 Cyclotron. BRIN
BRIN Kembangkan DECY-13 untuk Diagnosis Penyakit Kanker dan TBC

BRIN mengembangkan DECY-13 untuk produksi radiofarmaka yang bisa menjadi diagnosis penyakit kanker dan TBC. Berikut penjelasannya.


Menkes Bagikan Portable X-Ray untuk Tekan Kasus TBC, Jawa Barat Dapat Terbanyak

46 hari lalu

Petugas saat melihat hasil pemeriksaan Rontgen Thorax milik warga saat skrining tuberkulosis di Gelanggang Olahraga Otista, Jakarta, Kamis, 9 Februari 2023. Untuk mengurangi penularan Penyakit Tuberkulosis (TB) Paru, Dinas Kesehatan DKI Jakarta melalui Puskesmas Kecamatan Jatinegara melangsungkan kegiatan skrining tuberkulosis kepada 65 orang yang meliputi Pemeriksaan Rontgen Thorax, TCM (Test Cepat Molekuler) atau Pemeriksaan Dahak, serta TST (Tuberkulin Skin Test) atau Test Mantoux. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Menkes Bagikan Portable X-Ray untuk Tekan Kasus TBC, Jawa Barat Dapat Terbanyak

Skrining penderita TBC terhitung sulit karena tidak bisa dilakukan dengan melihatnya fisiknya dan harus melewati pemeriksaan rontgen di RS.


Guru Besar FKUI Ungkap Kelumpuhan TBC Tulang Tak Sama dengan Polio

56 hari lalu

Petugas kesehatan memberikan vaksin polio tetes kepada seorang anak saat Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio di Posyandu Lavenda, Simpang Rimbo, Jambi, Selasa 23 Juli 2024. Dinas Kesehatan Kota Jambi menargetkan cakupan imunisasi sebesar 95 persen atau sebanyak 80.297 anak. ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan
Guru Besar FKUI Ungkap Kelumpuhan TBC Tulang Tak Sama dengan Polio

Guru Besar FKUI menjelaskan beda kelumpuhan pada tuberkulosis (TB) tulang belakang dengan kasus polio. Berikut penjelasannya.


Minim Kepala Daerah Tanda Tangan Penanganan TBC-Polio

9 Juli 2024

Ilustrasi kuman tuberculosis atau TBC (pixabay.com)
Minim Kepala Daerah Tanda Tangan Penanganan TBC-Polio

Baru 47 dari total 514 kepala daerah yang menandatangani SK Penanganan TBC dan Polio. Kenapa angkanya masih rendah?


Perlunya Skrining di Tempat Berisiko Tinggi TBC untuk Turunkan Kasus

1 Juli 2024

Ilustrasi obat Tuberkulosis atau TBC. Shutterstock
Perlunya Skrining di Tempat Berisiko Tinggi TBC untuk Turunkan Kasus

Kemenko PMK menyebut perlunya skrining di tempat-tempat berisiko tinggi untuk mengatasi TBC, juga perlunya sosialisasi dan edukasi.


Dokter Jelaskan Jenis Batuk, Penyebab dan Bedanya

26 Juni 2024

Ilustrasi batuk pilek. Shutterstock
Dokter Jelaskan Jenis Batuk, Penyebab dan Bedanya

Dokter penyakit dalam menyebut batuk memiliki perbedaan yang dapat dilihat berdasarkan sifat akutnya. Berikut penjelasannya.


Penularan TBC Anak Bisa Berawal dari Lingkungan Rumah dan Pentingnya Skrining

23 Juni 2024

Ilustrasi Tuberkulosis atau TBC. Shutterstock
Penularan TBC Anak Bisa Berawal dari Lingkungan Rumah dan Pentingnya Skrining

Pakar mengatakan kontak erat di lingkungan rumah merupakan faktor risiko paling kuat terhadap penularan TBC, terutama pada anak.


Pakar Sebut Obat TBC Tak Berbahaya buat Ibu Hamil

21 Juni 2024

Ilustrasi Tuberkulosis atau TBC. Shutterstock
Pakar Sebut Obat TBC Tak Berbahaya buat Ibu Hamil

Pakar menyebut obat TBC yang digunakan ibu hamil sudah aman dengan bahaya lebih kecil sehingga tak berisiko ke janin.


Sebab Obat TBC Sebaiknya Diberikan pada Anak saat Perut Kosong

20 Juni 2024

Ilustrasi Tuberkulosis atau TBC. Shutterstock
Sebab Obat TBC Sebaiknya Diberikan pada Anak saat Perut Kosong

Obat TBC pada anak sebaiknya diberikan pada anak di waktu yang sama dan saat perut kosong agar obat bisa bekerja dengan lebih optimal.