TEMPO.CO, Jakarta - Anda mungkin sering mendiamkan seseorang jika ada masalah. Daripada mencari solusi atas masalah yang dihadapi, Anda memilih untuk menjauhinya, memilih diam, dan tak bertegur sapa selama beberapa waktu, atau bahkan sampai bertahun-tahun.
Saat sudah bersikap diam, itulah tanda Anda sangat marah dengan orang tersebut atau mungkin populer dengan istilah musuhan. Apakah itu dengan pasangan, orang tua, anak, teman, atau kolega, mendiamkan tak baik buat hubungan.
"Perlakuan diam cukup berbahaya untuk hubungan karena akan membuat pihak lain seperti berada dalam kegelapan. Mereka tak memahami pikiran, perasaan, dan hanya bisa menerka apa yang Anda rasakan," jelas Aparna Sagaram, terapis perkawinan dan keluarga serta pemilik Space to Reflect di Philadelphia, Amerika Serikat, kepada HuffPost.
Beda dengan jaga jarak
Banyak alasan orang melakukannya dan terapis pun punya banyak gagasan mengenai perilaku pasif agresif ini. Menurut mereka, silent treatment tak sama dengan menjaga jarak.
"Sikap mendiamkan adalah keputusan dasar Anda tak mau bicara dengan seseorang tapi tak menjelaskan alasannya. Saya kira itulah bedanya mendiamkan dan menjaga jarak. Saat menjaga jarak, orang tersebut tahu alasan Anda menjauh karena sudah diberi tahu," papar Sagaram.
Ketika menjaga jarak, Anda memberi tahu dia butuh waktu untuk menjauh. Ketika mendiamkan, Anda tak memberi tahu sebabnya atau tersinggung dengan perlakuan orang itu, jadi lebih sebagai reaksi apa yang dirasakan pada saat itu.
Silent treatment juga tak baik buat hubungan, dengan siapa pun itu, apakah pasangan, anak, orang tua, rekan kerja, atau teman. Meski bukan respons ideal, sikap ini bisa jadi alami, terutama jika hidup dengan keluarga yang sudah terbiasa melakukannya. Terkadang Anda hanya butuh waktu untuk mendinginkan kepala dan menenangkan diri.
Pilihan Editor: Hubungan Terganggu karena Sikap Diam Pasangan, Bagaimana Menghadapinya?