Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Awas Si Kecil Kena Diabet

image-gnews
TEMPO/Rully Kesuma
TEMPO/Rully Kesuma
Iklan

TEMPO Interaktif, Romi, 6 tahun, punya kebiasaan makan yang luar biasa. Dalam sehari ia terbiasa makan 4-7 kali. Itu pun masih ditambah senang ngemil cokelat, biskuit, permen, dan minuman sirop dalam kemasan. "Saya pusing memikirkan kebiasaan anak saya," kata Tiwi, sang ibu.

Tiwi bertambah stres setelah Romi dibawa ke dokter. "Berdasarkan hasil pemeriksaan, kadar gula Romi tinggi, berisiko menderita diabetes melitus (DM)," suara Tiwi terdengar cemas. Tiwi memaparkan kisahnya di acara seminar diabetes melitus pada anak dalam rangka Hari Diabetes Sedunia di Jakarta pekan lalu.

Dokter anak Astari Arindah lalu menanggapi kecemasan Tiwi. Menurut dokter cantik yang berpraktek di Rumah Sakit Rawamangun ini, gaya hidup tidak sehat dan tak seimbang memicu peningkatan jumlah pengidap diabetes melitus di Indonesia. "Dulu selalu dihubungkan dengan usia lanjut. Faktanya, sekarang menyerang anak-anak, remaja, dan usia dewasa," kata alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.

Menurut Astari, diabetes melitus, yang oleh masyarakat umum disebut kencing manis, adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi hormon insulin atau karena penggunaan yang tidak efektif dari produksi insulin. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah.
Penyakit ini membutuhkan perhatian dan perawatan medis dalam waktu lama, baik untuk mencegah komplikasi maupun dalam perawatan sakit. Faktor risiko utamanya adalah pola makan yang tidak sehat, kegemukan, kurang aktivitas gerak, merokok, dan gaya hidup.

Astari menuturkan, faktor lain pemicu tingginya angka penyakit ini pada usia dini lantaran anak-anak sekarang banyak makan makanan yang tidak sehat, mengandung tinggi gula, dan kurang bergerak atau berolahraga. Karena itu, ia menyarankan, orang tua memperhatikan kebiasaan makan serta aktivitas fisik anak di rumah dan sekolah.

Selain itu, orang tua mesti teliti memperhatikan perkembangan berat badan si anak. "Anak yang terindikasi menderita diabetes melitus biasanya sering cepat lapar dan haus, buang air kecil banyak, serta berat badannya tidak pernah naik."
Melihat gejala tersebut, orang tua mesti sigap mengajak buah hatinya ke dokter untuk memeriksakan kadar gula darahnya. "Pada anak, kadar gula yang normal sama dengan dewasa, yakni 100-140 miligram/desiliter," ucapnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menurut Astari, saat ini peningkatan jumlah pengidap DM cukup tinggi. Dia mengutip data Departemen Kesehatan, sedikitnya ada 13 juta penduduk Indonesia mengidap diabetes melitus, dengan 5 persen di antaranya atau sekitar 650 ribu adalah anak-anak. Secara nasional, kenaikan jumlah penderita penyakit ini pada usia dini cukup tinggi.

Ia melanjutkan, saat ini angka kematian diabetes cukup tinggi. Di seluruh dunia, setiap menit rata-rata enam orang meninggal akibat komplikasi diabetes.
Sementara itu, Profesor dr Tjandra Yoga Aditama, Direktur Jenderal Pengendalian dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan, dalam kesempatan berbeda mengatakan DM pada anak bisa menjadi ancaman serius bila tidak segera diantisipasi. Departemen Kesehatan sendiri dalam peringatan Hari Diabetes Sedunia melakukan berbagai acara seruan kampanye mencegah penyakit ini, dari seminar, sosialisasi, hingga jalan santai.

Tjandra menjelaskan, Badan Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan strategi efektif, terintegrasi, berbasis masyarakat, dan bersinergi dengan banyak pihak untuk mengatasi diabetes melitus.

Di Indonesia sudah berjalan program pengendalian DM untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat penyakit ini.
"Pengendalian diabetes melitus lebih diprioritaskan pada pencegahan dini lewat upaya pencegahan faktor risiko melalui promotif dan preventif. Apalagi kini melanda anak-anak, harus disikapi serius," ujarnya.

HADRIANI P

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Penelitian Sebut Diet Ini Bisa Turunkan Risiko Gagal Jantung

12 hari lalu

Ilustrasi wanita diet. Freepik.com/Schantalao
Penelitian Sebut Diet Ini Bisa Turunkan Risiko Gagal Jantung

Diet sayur dan rendah gula, yang dikenal sebagai diet EAT-Lancet, membantu mengurangi risiko gagal jantung. Bagaimana hubungannya?


Tips Aman Konsumsi Makanan buat Penderita Diabetes saat Lebaran

29 hari lalu

Ilustrasi diabetes. Freepik.com
Tips Aman Konsumsi Makanan buat Penderita Diabetes saat Lebaran

Ahli gizi dari RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo membagikan kiat konsumsi makanan yang aman bagi pengidap diabetes saat hari raya lebaran.


Bagus untuk Kesehatan Jantung, Apa Saja Manfaat Alpukat

32 hari lalu

Ilustrasi alpukat (Pixabay.com)
Bagus untuk Kesehatan Jantung, Apa Saja Manfaat Alpukat

Alpukat dikenal karena sifat anti-inflamasi dan baik untuk kesehatan jantung. Apa lagi manfaat alpukat yang perlu Anda ketahui?


6 Fakta Puasa Ramadan Bisa Sekaligus Diet

48 hari lalu

Ilustrasi puasa ramadan. TEMPO/Subekti
6 Fakta Puasa Ramadan Bisa Sekaligus Diet

Selain manfaat rohani, puasa Ramadan yang juga dapat mendukung upaya diet dan kesehatan seseorang.


Beda Diet Atlantik dan Mediterania, Cek Juga Kemiripannya

54 hari lalu

Ilustrasi makanan diet. shutterstock.com
Beda Diet Atlantik dan Mediterania, Cek Juga Kemiripannya

Diet Atlantik dan Mediterania sebenarnya punya banyak kemiripan tapi ada juga bedanya. Berikut penjelasannya.


Apa Itu Diet Flexitarian?

29 Februari 2024

Ilustrasi diet makanan mentah. Freepik.com/Yanalya
Apa Itu Diet Flexitarian?

Diet flexitarian dikaitkan dengan risiko kardiovaskular yang lebih rendah dibandingkan pola makan omnivora.


Tips Bersantap di Restoran saat Sedang Diet

23 Februari 2024

Ilustrasi wanita menikmati makanan di restoran. Unsplash/Pablo Merchan
Tips Bersantap di Restoran saat Sedang Diet

Berikut tips dan teknik memesan makanan di restoran saat Anda tengah diet dan berpegang teguh pada rencana makan sehat.


Hasil Riset: Diet Atlantik Bisa Kurangi Risiko Sindrom Metabolik

11 Februari 2024

Ilustrasi pria diet. Shutterstock
Hasil Riset: Diet Atlantik Bisa Kurangi Risiko Sindrom Metabolik

Para peneliti menemukan bahwa Diet Atlantik yang menjadi pola diet tradisional di Portugal dan Galisia dapat mengurangi risiko sindrom metabolik.


5 Makanan Terbaik untuk Diet Golongan Darah O

8 Februari 2024

Ilustrasi diet makanan mentah. Freepik.com/Yanalya
5 Makanan Terbaik untuk Diet Golongan Darah O

Diet golongan darah O D'Adamo fokus pada daging organik tanpa lemak, buah-buahan, dan sayuran, serta menghindari produk susu, gandum, alkohol, dan kafein.


Rahasia Tubuh Sehat dan Diet ala Song Joong Ki

3 Februari 2024

Song Joong Ki. Foto: Instagram/@highziumstudio
Rahasia Tubuh Sehat dan Diet ala Song Joong Ki

Bagaimana cara Song Joong Ki tetap bugar dan sehat di tengah aktivitas yang padat?