TEMPO Interaktif, Jakarta - Sebulan sekali, Sandi Tjandra bersama tujuh rekannya pergi ke daerah Binuangeun di Pandeglang, Jawa Barat. Mereka berangkat dari Jakarta pada Sabtu pagi dan bertolak kembali keesokan harinya. Sandi dan rekan-rekan biasa menyawer biaya untuk menyewa sebuah kapal beserta tiga awak. Harganya berkisar Rp 4-5 juta untuk perjalanan akhir pekan. Lima hingga enam jam kemudian, rombongan tiba di tempat tujuan.
Mereka bukan sedang jalan-jalan di akhir pekan. Begitu sampai di tempat tujuan, mereka mengeluarkan peralatan utamanya: pancing dan umpan! “Setengah jam kemudian, biasanya sudah dapat ikan,” ujar pria ini.
Sambil menunggu ikan-ikan menyambar umpan, semua orang di atas kapal asyik bercengkerama. Ini terjadi sepanjang malam hingga menjelang pagi. Uniknya, topik pembicaraan melulu soal memancing. “Kalau orang yang enggak suka mancing ikut, pasti mabok dia,” kata Sandi sambil terbahak.
Berbagai jenis ikan bisa mereka hela dari laut. Sebut saja kerapu, tongkol, atau pelagis. Apa pun jenis ikan yang diperoleh, kata Sandi, “Kenikmatan memancing adalah saat entakan pertama menarik alat pancing.” Dan yang penting, memancing dapat menghilangkan stres dan kepenatan di kantor.
Bukan berarti ini kegiatan sekadar ongkang-ongkang kaki sambil menunggu umpan disantap (strike). Menurut Slamet Supriyanto, koordinator show room Dunia Pancing sekaligus anggota Forum Komunitas Pancing IFT Fishing, ada banyak teknik memancing. “Teknik-teknik ini disesuaikan dengan karakter lokasi pemancingan dan jenis ikan di sana,” dia menjelaskan.
Memancing di air asin (laut) dan air tawar (danau, empang, atau sungai), punya teknik dan alat berbeda. Di antaranya, bottom fish. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan ikan-ikan berbobot lebih dari 10 kilogram yang tinggal di dasar laut. Teknik lain adalah trolling, yakni memancing di atas kapal yang tengah melaju kencang. Tujuannya mendapatkan ikan-ikan yang tengah beterbangan di permukaan laut.
Soal peralatan memancing juga perlu diperhatikan. Memakai alat di tempat yang salah sama dengan mengenakan gaun tidur ke pesta. Jangan gunakan peralatan memancing di danau untuk memancing di tengah laut. “Silakan saja kalau Anda tidak malu,” Slamet menceletuk.
Dia mencontohkan, ketika ingin memancing di kolam pemancingan, kita bisa menggunakan tongkat pancing, roda pemutar, dan senar yang harganya mencapai Rp 1 juta. Karena biasa di kolam air tawar, Anda bisa memancing ikan mas, gurami, atau mujair yang beratnya tak lebih dari 5 kilogram.
Tapi jangan harap bisa menggunakan jenis alat pancing tadi untuk memancing di laut lepas. Bayangkan saja, Anda perlu alat pancing berat dan lengkap untuk bisa menghela ikan seberat paus atau hiu. Jadi ada baiknya kita menyiapkan peralatan canggih untuk keperluan ini.
Slamet, yang pernah menjalani pendidikan khusus memancing di Singapura, menyarankan barang siapa yang ingin memancing di tengah laut perlu membeli tongkat pancing seharga Rp 9 juta, roda atau rel seharga Rp 12 juta, dan senar seharga Rp 800 ribu sepanjang 300 meter. “Tapi ini enggak jadi patokan. Banyak produk berkualitas bagus bisa diperoleh dengan harga lebih murah,” ujarnya.
DIAH AYU CANDRANINGRUM
Tidak punya teman mancing? Klik kedua situs ini:
- www.fishyforum.com
- www.iftfishing.com