"Badan saya sebenarnya bisa lewat, tapi ada bongkahan batu di tengah, jadi terpaksa ambil jalan lain," kata peserta wisata Maros yang diselenggarakan oleh Komunitas Pencinta Alam Universitas Fajar Makassar. Jalan lain yang dilalui Suhaili pun cukup berbahaya karena licin. Setelah mencari-cari jalan dengan bantuan senter di tangannya, ia pun menemukan lubang besar yang bisa dilalui.
Dalam kegiatan menyusuri gua ini, ada dua gua yang dimasuki para peserta Rally Wisata, yakni Gua Saripah dan Gua Anjing. Sebelum memasuki Gua Saripah, peserta menyusuri Gua Anjing. Gua ini berjarak 200 meter dari Gua Saripah dan berada di antara jalan raya. Di Gua Anjing, lorong atau terowongannya bercabang dua dengan ukuran yang lebih besar dibanding terowongan di Gua Saripah, sehingga peserta tak harus merayap. "Kata panitia, lorong di sebelah kiri cukup panjang dan mentok sampai sungai besar," ujar Suhaili. Karena itu, peserta diarahkan melewati lorong di sebelah kiri.
Sementara itu, saat memasuki Gua Saripah, peserta langsung berhadapan dengan celah sempit. Pada kesempatan pertama, Suhaili masih bisa meloloskan tubuhnya. Tapi ketika hendak melewati "lubang tikus", pria berusia 19 tahun ini harus merayap. Ia ditarik oleh temannya dari depan dan didorong dari belakang. "Ukurannya terlalu pas dengan badanku. Kakiku juga sulit digerakkan. Saya dibantu teman untuk melaluinya," kata Suhaili.
Setelah lolos dari celah sempit itu, Suhaili dan peserta lainnya disuguhi pemandangan yang begitu luas tapi dipenuhi air. "Seperti berada di ruangan lain. Lantainya tidak rata dan penuh air. Harus berhati-hati," katanya. Agar bisa lolos dari ruangan penuh air ini, peserta harus berenang menyusuri dinding sungai. Kedalaman air di bagian ini diperkirakan 3 meter dengan panjang terowongan 15 meter. Saat menyusuri dinding sungai sekaligus dinding gua, peserta mengaitkan tali pengaman pada dinding.
Untuk pertama kalinya, Suhaili mengikuti kegiatan wisata dengan bertualang menyusuri gua. Menurut dia, saat melewati seluruh jalur, emosinya bercampur aduk dan adrenalinnya terpacu. "Ada perasaan takut, senang, tapi saya menikmatinya. Benar-benar ekstrem," ujar dia. "Senang rasanya setelah berada di luar."
Peserta wisata lainnya, Muhammad Zainuddin, mengatakan dalam kegiatan ini, ia tidak hanya merasakan petualangan di dalam gua, tapi juga melihat lebih dekat isi gua yang jarang dilihatnya. Misalnya, ornamen yang melekat di atap dan dinding gua, binatang, serta tumbuhan dalam gua.
Ornamen yang terdapat di dalam gua, antara lain, stalaktit, stalagmit, pilar, flow stone, mount milk, straw, curtain, gordam, dan lain-lain. "Saat terkena sinar senter, bentuknya indah. Ada yang berbentuk seperti tirai jendela, petakan sawah, dan ada yang bersinar," kata mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Universitas Fajar ini dengan nada takjub.
Ketua Komunitas Pencinta Alam Universitas Fajar Makassar, Taufiq Nur Yahya, menjelaskan Gua Saripah merupakan gua batu karts yang terhubung oleh lorong dan sistem rekahan, sehingga tampak terdiri atas beberapa ruangan. "Bentuknya bertingkat. Untuk menjangkau semuanya, dibutuhkan peralatan khusus caving," katanya.
Kegiatan wisata ini dilaksanakan selama tiga hari. Setelah menelusuri gua, peserta diajak memanjat tebing di belakang kantor Dinas Sosial Maros. Tempat ini berjarak 300 meter dari kawasan wisata Air Terjun Bantingmurung.
| ABD AZIS
Memperkenalkan Gua
Ketua Komunitas Pencinta Alam Universitas Fajar Makassar, Taufiq Nur Yahya, mengatakan kegiatan wisata gua bertujuan mengajak mahasiswa belajar tentang aspek pembentukan gua. Sebenarnya kegiatan ini biasanya ditujukan bagi anggota organisasi pencinta alam dan kelompok penggemar caving atau penelusuran gua.
"Tapi dengan Rally Wisata, diharapkan peserta bisa merasakan penelusuran gua. Kami mengemasnya dengan konsep enjoy," kata Taufiq. Sebelum berangkat, peserta diwajibkan membawa peralatan standar gua horizontal, seperti helm, senter tangan atau kepala, celana, dan baju panjang. "Helm berguna untuk melindungi kepala dari benturan. Ini sangat penting," ujar Taufiq. Sepanjang sisi terowongan, panitia memasang lilin sebagai penunjuk dan penerangan jalan. Panitia juga mendampingi peserta untuk menunjukkan ornamen dan menjelaskan proses terbentuknya gua.
| ABD AZIS